Follow Us

Revolusi Kebudayaan, Prestasi Kelam China Dimana Komunis Membodohkan dan Membantai Kehidupan Negeri Tirai Bambu

Seto Ajinugroho - Jumat, 22 Mei 2020 | 12:13
Revolusi Kebudayaan, Prestasi Kelam China Dimana Komunis Membodohkan dan Membantai Kehidupan Negeri Tirai Bambu
David Parkins

Revolusi Kebudayaan, Prestasi Kelam China Dimana Komunis Membodohkan dan Membantai Kehidupan Negeri Tirai Bambu

Sosok.ID - Jika melihat kemajuan luar biasa China sekarang tentulah dunia takjub.

Namun siapa sangka dibalik kemajuan China saat ini dimulai gegara kejadian suram buram negeri Tirai Bambu itu pada masa dahulu.

Mengutip history.com, China sebelum menjadi raksasa dunia seperti saat ini rupanya pernah jadi negara yang nasibnya hampir sama seperti Korea Utara (Korut).

Semua ini dimulai saat bapak pendiri negara China Mao Zedong berhasil mendirikan Republik Rakyat China (RRC) pada 1 Oktober 1949 usai berhasil memenangkan perang saudara melawan Nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Khai Shek.

Baca Juga: Bukan Xi Jinping Maupun Mao Zedong, China Bisa Duduki Posisi 2 Negara dengan Perekonomian Terbesar Dunia Berkat Orang Ini

Dirinya juga mengukuhkan sebagai presiden pertama RRC sejak 1954-1959.

Setelah membentuk RRC tentu tugas berat selanjutnya bagi Mao ialah menjalankan roda pemerintahan.

Mao kemudian mencetuskan apa itu Great Leap Forward (Lompatan Hebat ke Depan) sebagai GBHN-nya China sebagai transisi menjadi sosialisme sejati ala Stalin di Uni Soviet.

Dalam Great Leap Forward, Mao menitikberatkan dimana warga China harus memproduksi Baja ketimbang bertani.

Ya, kalian tak salah baca Rezim Komunis Mao menyuruh petani meninggalkan cangkulnya dan beralih ke sektor industri baja, sama seperti zaman Orba dimana industri pabrik dikejar kencang meninggalkan cocok tanam.

Baca Juga: Perbudakan ABK Indonesia di Kapal China, Sebelum Mayat Dibuang ke Laut Disimpan Dahulu di Kulkas Pendingin Ikan Selama Sebulan

Prakteknya dibelakang rumah warga China terdapat tungku-tungku untuk melebur baja.

Awalnya para petani China tidak mau menuruti ini karena hasil dari pekerjaan produksi baja tidak sebanyak mereka bertani.

Tapi apa lacur, Partai Komunis China (PKC) malah menyita lahan dan memerintahkan segelintir petani saja untuk menanam tanaman sesusai ketentuan dari Pusat.

Mengutip britannica.com, lebih parahnya lagi hasil pertanian serta industri juga diambil oleh PKC dan didistribusikan oleh negara entah itu kemana.

Tapi baru tiga tahun berjalan Great Leap Forward mandek.

Program Great Leap Forward sangat merugikan rakyat China
newyorker.com

Program Great Leap Forward sangat merugikan rakyat China

Alasannya sederhana yakni kegagalan lantaran banyak buruh dan petani mati gegara kelelahan bekerja, kelaparan hingga hukuman mati karena dicap pembangkang dimana total 10 juta orang tewas akibat program Great Leap Forward.

Apalagi di Uni Soviet sendiri Stalin sudah mati, Nikita Khruschev sebagai penggantinya malah menginginkan negara-negara Komunis berdampingan dengan para kapitalis dimana ajakan ini membawa hubungan Uni Soviet-China pecah.

Baca Juga: Mengejutkan, AS Akui Bakal Digulung China Jika Konfrontasi Bersenjata Meletus Antar Kedua Negara

Usai kegagalan ini Mao jadi paranoid menyatakan mundur dari kursi presiden RRC dan menyerahkan jabatannya kepada Deng Xiaoping serta Liu Shaoqi.

Asal tahu, kedua sosok itu adalah orang yang terbuka akan sistem liberal dimana mereka mendapati defisit APBN China sebanyak dua juta Yuan gegara program Great Leap Forward.

Baik Deng dan Liu kemudian merombak semua sektor untuk memulihkan perekonomian China yang terpuruk.

Namun Mao yang masih memegang kekuasaan di PKC melihat tindakan Deng dan Liu sebagai aksi mengubah China dari Sosialis menjadi Kapitalis.

Tak pelak Mao kemudian menyebut dua orang kepercayaannya itu sebagai Antek Kapitalis Barat yang hendak meruntuhkan China.

Maka pada tanggal 16 Mei 1966 PKC membuat pengumuman dimana semua lapisan masyarakat China harus mengikuti segala instruksi Mao Zedong sebagai Pemimpin Tertinggi.

Pemberitahuan itu menandai dimulainya Revolusi Kebudayaan.

PKC Mao Zedong kemudian membentuk barisan berani mati yang disebut Garda Merah.

Baca Juga: Perdamaian Hanya Ilusi, Raja Malaysia Soroti Aktivitas Militer China di Perairan Negaranya, Negeri Tirai Bambu Bakal Kembali Gelar Kekuatan

Garda Merah layaknya unit SS Nazi Jerman dimana mereka bergerak atas perintah Mao Zedong.

Garda Merah lantas menyingirkan semua orang yang dicap Mao sebagai kapitalis.

Deng Xiaoping, Liu Shaoqi, Mantan Menhan Peng Dehuai hingga orang-orang di PKC sendiri yang dituduh antek barat langsung digebuk.

Barisan yang memakai pakaian serba hijau dan mengenakan sabuk lengan warna merah ini juga melakukan aksi brutal.

Mereka menutup Gereja, Kuil, perpustakaan, sekolah serta menjarah toko seklalian rumah penduduk.

Para pemuda yang tergabung dalam Garda Merah sedang melafalkan Little Red Book karya Mao Zedong
ist

Para pemuda yang tergabung dalam Garda Merah sedang melafalkan Little Red Book karya Mao Zedong

Kaum Cendikiawan, Guru serta profesi ahli lainnya ikut ditangkap, dipermalukan atau dibunuh tanpa proses pengadilan.

Kegilaan Revolusi Kebudayaan selama Agustus-September 1966 sudah menelan korban jiwa 1,800 orang mati di Beijing.

Selama Revolusi Kebudayaan berlangsung antara tahun 1966-1976, diperkirakan dua juta orang warga China mati karena kekerasan Rezim Mao Zedong hingga akhirnya pemimpin itu mangkat dan Maoisme dilucuti dari Negeri Tirai Bambu.

"Revolusi bukan perjamuan makan malam, bukan menulis tulisan esai, melukis atau menyulam... Revolusi adalah pemberontakan, aksi kekerasan di mana sebuah kelas (sosial) menggulingkan kelas lainya" tulis Mao Zedong di buku kecil berwarna merah 'Little Red Book' yang jadi acuan para pengikutnya. (Seto Aji/Sosok.ID)

Source : britannica, histrory.com

Editor : Seto Ajinugroho

Baca Lainnya

Latest