Awalnya para petani China tidak mau menuruti ini karena hasil dari pekerjaan produksi baja tidak sebanyak mereka bertani.
Tapi apa lacur, Partai Komunis China (PKC) malah menyita lahan dan memerintahkan segelintir petani saja untuk menanam tanaman sesusai ketentuan dari Pusat.
Mengutip britannica.com, lebih parahnya lagi hasil pertanian serta industri juga diambil oleh PKC dan didistribusikan oleh negara entah itu kemana.
Tapi baru tiga tahun berjalan Great Leap Forward mandek.
Alasannya sederhana yakni kegagalan lantaran banyak buruh dan petani mati gegara kelelahan bekerja, kelaparan hingga hukuman mati karena dicap pembangkang dimana total 10 juta orang tewas akibat program Great Leap Forward.
Apalagi di Uni Soviet sendiri Stalin sudah mati, Nikita Khruschev sebagai penggantinya malah menginginkan negara-negara Komunis berdampingan dengan para kapitalis dimana ajakan ini membawa hubungan Uni Soviet-China pecah.
Baca Juga: Mengejutkan, AS Akui Bakal Digulung China Jika Konfrontasi Bersenjata Meletus Antar Kedua Negara
Usai kegagalan ini Mao jadi paranoid menyatakan mundur dari kursi presiden RRC dan menyerahkan jabatannya kepada Deng Xiaoping serta Liu Shaoqi.
Asal tahu, kedua sosok itu adalah orang yang terbuka akan sistem liberal dimana mereka mendapati defisit APBN China sebanyak dua juta Yuan gegara program Great Leap Forward.
Baik Deng dan Liu kemudian merombak semua sektor untuk memulihkan perekonomian China yang terpuruk.
Namun Mao yang masih memegang kekuasaan di PKC melihat tindakan Deng dan Liu sebagai aksi mengubah China dari Sosialis menjadi Kapitalis.