Pelarangan bom fosfor dalam perang jauh diteken pada Konvensi Persatuan Bangsa-bangsa tentang Senjata Konvensional Tertentu di Jenewa, Swiss, 1980.
Ledakan bom fosfor dapat dikenali dengan mudah, karena ia menyemburkan fosfor putih yang padat seperti kembang api ketika meletus. Senjata ini pernah dipakai Israel di Gaza, Amerika di Vietnam, Arab Saudi di Yaman, dan serangan di Mosul, Irak.
Masalahnya, mungkinkah granat asap meledak di Monas? Sedangkan satu-satunya granat asap yang sanggup meledak adalah bom fosfor yang penggunaannya dilarang bahkan dalam hukum perang internasional?
Pakar militer dan intelijen Beni Sukadis juga sangsi bahwa ledakan Monas disebabkan oleh granat asap. Beni belum pernah mendengar riwayat granat asap (di luar bom fosfor) pernah meledak dan melukai orang.
"Granat asap kan hanya buat pengalihan saja untuk mengusir. Kemungkinan sih granat nanas, makanya bisa sampai melukai begitu. Kalau dilihat dari foto-fotonya kan memang cukup parah ya," jelas Beni kepada Kompas.com, Selasa.
"Tapi saya tidak tahu kalau polisi bilang granat asap," tambah dia.
Keterangan Beni diperkuat oleh keterangan saksi di sekitar Monas pada saat ledakan. Mariyati, petugas kebersihan, mengaku mendengar ledakan berdesibel tinggi dari Monas.
Mariyati saat itu tengah menyapu jalanan di sekitar gedung Mahkamah Agung.
"Sekali ledakan kenceng banget," kata Mariyati, seperti dikutip dari Kompas TV, Selasa.
Beni mengaku heran, bahan peledak bisa ada di Monas, kawasan ring 1 yang semestinya dijaga ketat. Apalagi, tak sembarang orang dapat memiliki granat. Tak hanya sipil, beberapa pasukan TNI dan Polri tak punya akses terhadap peledak yang satu ini.