Khuyen menghabiskan siang dan malamnya di sebuah gubuk kumuh yang hanya beratapkan jerami.
Walaupun hidupnya menderita, Khuyan ngotot tak mau diadopsi.
Setelah mendengar kematian ayahnya, guru Khuyen kemudian mengumpulkan uang untuk membawa pulang jenazahnya agar dapat dimakamkan di desanya.
Guru Khuyen itu juga memberitahu pihak otoritas setempat mengenai situasi anak tersebut.
Karena pihak neneknya tak mau mengasuh Khuyan, maka masuk ke panti asuhan dan diadopsi adalah satu-satunya solusi agar bocah itu dapat melanjutkan hidupnya.
Namun, dengan tegas Khuyen langsung menolak tawaran tersebut.
Alasan Khuyan adalah karena ia yakin dapat mengurus hidupnya sendiri.
Kini Khuyen hanya mengandalkan belas kasihan tetangganya untuk mendapat makanan bergizi seperti beras.
Namun, ia juga memanen singkong dan sayuran yang ia tanam sendiri.