Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bumi Manusia dan Perlawanan Pram Terhadap Feodalisme di Balik Penjara Pulau Buru

Dwi Nur Mashitoh - Selasa, 13 Agustus 2019 | 06:10
Pramoedya Ananta Toer
Kompasiana

Pramoedya Ananta Toer

Jika di Tetralogi Buru feodalisme terjadi di era kolonialisme Belanda, di Arok Dedes dan Arus Balik feodalisme ditunjukkan lewat dalam tatanan sosial Jawa.

Dalam Arus Balik, Pram menghadirkan tokoh manusia biasa bernama Wiranggaleng. Ia adalah pemuda juara gulat dari desa Awis Krambil, Tuban.

Latarnya, keruntuhan Majapahit dan bangkitnya Kesultanan Demak.

Wiranggaleng sebenarnya hanya ingin hidup sederhana di desa bersama kekasihnya Idayu.

Namun penguasa Adipati Tuban Arya Teja Tumenggung Wilatikta memberi Wiranggaleng jabatan dan berbagai tugas.

Wiranggaleng hanya bisa patuh menuruti penguasa dan mengorbankan hubungan personalnya dengan keluarganya.

Baca Juga: Kisah Al, Menabung untuk Beli Hewan Kurban Sejak Usia 7 Tahun dan Bercita-cita Pergi Umrah Pakai Uang Sendiri

"Hanya saja bukan kritik yang hitam putih terhadap feodalisme. Malah feodalisme bisa hidup karena orang mendapat manfaat darinya. Dan itu justru yang membuatnya sulit untuk dilawan," kata Fay.

Masuk ke Tetralogi Buru yang mengambil era 1890 hingga 1920, Pram kembali mengkritik feodalisme lewat tokoh utamanya, Minke.

Di novel pertama, Bumi Manusia, Minke diperkenalkan sebagai anak Bupati yang sangat pandai dan bersekolah di HBS bersama anak-anak keturunan Eropa.

Minke jatuh cinta pada seorang gadis yang pandai juga bernama Annelies.

Baca Juga: Ching Shih, dari Prostitusi hingga Menjadi Perompak Wanita Terhebat Sepanjang Sejarah, Kuasai Hingga 1800 Kapal

Source :Kompas.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x