Selepas momen bersejarah tersebut, mereka belum dapat menghirup napas lega, sebab tentara Jepang memburu mereka.
Hasil foto sang kakak yang merupakan kepala bagian foto kantor berita Domei, Alex Mendur, tidak terselamatkan karena telah dirampas oleh pemerintah Jepang setelah proklamasi.
Berdasarkan pengakuan Frans dalam wawancara dengan wartawan Soebagijo IN pada tahun 1960-an, ia melihat sendiri ketika tustel (perangkat untuk memotret) milik Alex dirampas oleh tentara Jepang.
Beruntung, Frans sempat menyembunyikan negatif film hasil jepretannya.
Menurut Frans dalam wawancara yang sama dengan Soebagijo, ia mengubur rol film itu di kebun kantornya.
Baca Juga: Setelah Menyuntikkan Obat Kuat, Alat Vital Seorang Pria Terancam Diamputasi
Proses mencetak hasil foto tersebut juga harus dilakukan secara diam-diam.
Mereka perlu menyelinap saat malam hari, memanjat pohon, dan melompati pagar di samping kantor Domei demi mencetak foto di sebuah lab film.
Kalau sampai tertangkap, hukuman yang menunggu mereka adalah dijebloskan ke penjara atau hukuman mati.
Kegigihan serta nasionalisme Frans dan Alex yang tinggi membuat kita dapat turut menyaksikan momentum ketika Soekarno dan Hatta, atas nama bangsa Indonesia, menyatakan kemerdekaan.
Baca Juga: Sosok Taoka Kazuo, Gangster Ganas Jepang, Salah Satu Pemimpin Yakuza yang Paling Ditakuti