Sosok.id - Arswendo Atmowiloto meninggal dunia Jumat (19/7/2019) pukul 17.50 setelah berjuang melawan kanker prostat yang dideritanya selama ini.
Pria kelahiran Surakarta pada 26 November 1948 dikenal sebagai seorang sastrawan, seniman, budayawan, penulis Keluarga Cemara, dan juga seorang wartawan senior.
Ia sempat menempuh pendidikan di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra IKIP Solo namun tidak tamat.
Walaupun begitu, ia memiliki banyak karya dan mendapatkan berbagai macam penghargaan dari karyanya tersebut.
Beberapa karyanya yang terkenal di antaranya, Sleko, Canting, Keluarga Cemara, dll.
Karya dan Penghargaan
Sementara penghargaan yang ia dapat di antaranya:
1. Hadiah Zakse (1972) untuk esainya yang berjudul “Buyung Hok dalam Kreativitas Kompromi”.
2. Hadiah Perangsang Minat Menulis dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ (1972 dan 1973) untuk dramanya yang berjudul “Penantang Tuhan” dan “Bayiku yang Pertama”.
3. Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ (1975) untuk dramanya “Sang Pangeran” dan “Sang Penasehat”
4. Penghargaan ASEAN Award di Bangkok untuk bukunya Dua Ibu dan Mandoblang (buku anak-anak).
Perjalanan Karir
Pria yang terlahir dengan nama asli Sarwendo ini pernah bekerja di pabrik bihun dan pabrik susu, menjadi penjaga sepeda, serta menjadi pemungut bola di lapangan tenis.
Sementara awal karirnya di bidang sastra dimulai pada tahun 1972 saat ia menerbitkan Sleko, cerpen pertama yang dimuat di Majalah Mingguan Bahari.
Karya-karyanya dimuat dalam berbagai media massa, antara lain Kompas, Sinar Harapan, Aktual, dan Horison.
Tak hanya itu, dia pun juga dikenal sebagai penulis novel.
Tulisannya sering dianggap bernada humoris, fantastis, spekulatif, dan gemar bersensasi.
Pada tahun 1972, Arswendo menjabat sebagai pimpinan Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah.
Arswendo pernah bekerja sebagai konsultan penerbitan di Subentra Citra Media pada tahun 1974-1990.
Ia juga pernah menjadi pimpinan redaksi Majalah Hai, Monitor, Senang, hingga Tabloid Bintang.
Hingga akhirnya, Arswendo berhasil mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah.
Keluarga
Arswendo memiliki seorang istri yang dinikahinya pada 1971.
Dari pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai tiga orang anak, yaitu Albertus Wibisono, Pramudha Wardhana, dan Cilcilia Tiara.
Dari perjalanan hidupnya tersebut, ia banyak memberikan kutipan-kutipan inspiratif tentang kehidupan.
Berikut beberapa quotes inspiratif dari Arswendo Atmowiloto tentang kehidupan.
1. Kepasrahan adalah hal yang wajar bukan berarti kekalahan
“Kepasrahan - penyerahan secara ikhlas - adalah sesuatu yang wajar. Bukan kalah. Bukan mengalah.”
2. Manusia hidup untuk menunggu kematian
“Manusia hidup menunggu untuk mati. Kehidupan justru terasakan dalam menunggu. Makin bisa menikmati cara menunggu, makin tenang dalam hati.”
3. Cinta adalah air mata
“Wujud cinta adalah air mata."
4. Keindahan mencintai
“Bukankah ini indah? Melihat keindahan orang yang kita cintai-pernah sangat dan masih teringat, berbahagia?”
5. Kejujuran ada dalam hati
“Semangat kejujuran ada dalam hati, dalam batin, dalam sukma yang mengatasi ikatan-ikatan yang membatasi diri kita.”
6. Kekuasaan
“Kekuasaan menjadi tidak baik ketika dia dimenangkan kepada kekuatan lain yang ada. Kekuasaan menjadi kuat ketika disangga, ditopang banyak kekuasaan. Bukan disatukan.”
7. Kematian bukan milikku lagi
"Kalau aku mati, aku tak bisa minta dikremasi. Atau dibuang ke laut atau dikubur biasa. Terserah, mati bukan milikku lagi."
Baca Juga: Terpujilah Pak! Momen Sosok Anggota Polisi Gendong Calon Haji Tertua yang Berdesakan Masuk Bus
(*)