Kisah Abdullah, Ayah Nabi Muhammad yang Nyaris Disembelih untuk Persembahan

Sabtu, 11 Maret 2023 | 16:00
Ilustrasi/Pixabay

Kisah Abdullah ayah Nabi Muhammad yang nyaris disembelih untuk persembahan

Sosok.ID - Nabi Muhammad lahir dalam keadaan yatim.

Itu karena Abdullah ayah Nabi Muhammad telah meninggal dunia.

Dalam kisah Nabi Muhammad, diceritakan Abdullah meninggal dunia saat sang putra masih di dalam kandungan.

Mengutip dari Kompas.com, usia kandungan Aminah baru 2 bulan saat Abdullah meninggal dunia.

Sebelum meninggal dunia, Abdullah sendiri pernah nyaris menghadapi maut.

Bahkan hal itu disebabkan oleh ayahnya sendiri, Abdul Muthalib.

Cerita berawal saat Abdul Muthalib memegang kunci kepengurusan Mekkah.

Sejak saat itu, kakek Nabi Muhammad itu berkali-kali memimpikan hal yang sama.

Dalam mimpinya itu, seseorang memintanya menggali sebuah tempat sumur air zamzam terkubur selama berabad-abad lamanya.

Dari mimpi itu, ia pun bernazar akan menyembelih salah satu dari sepuluh anaknya bila berhasil menemukan sumur tersebut.

Benar saja, Abdul Muthalib menemukan sumur tersebut setelah menggali bersama sang putra, Harits.

Di kemudian hari, Abdul Muthalib juga diberi 10 anak dari enam istrinya.

Harus memenuhi nazar yang telah dibuatnya, Abdul Muthalib akhirnya mengundi 10 nama anaknya.

Berkali-kali diundi, nama Abdullah si bungsu lah yang selalu muncul.

Beruntung, Abdullah batal disembelih sebagai persembahan untuk Tuhan.

Lantaran Abdul Muthalib mendengarkan saran dari Bani Makhzum dan para pembesar Quraisy.

Mereka mencegah Abdul Muthalib melakukan nazarnya lataran khawatir hal tersebut akan menjadi tradisi bangsa Arab.

Akhirnya, Abdul Muthalib mengganti nazarnya dengan menyembelih 100 unta dan dagingnya dibagi-bagikan ke masyarakat.

Usai peristiwa itu, Abdullah lantas dinikahkan dengan Aminah.

Sayang, usia Abdullah tak panjang.

Ia meninggal dunia saat Aminah sedang mengandung putra yang di kemudian hari menjadi nabi utusan terakhir Allah.

Baca Juga: Kisah Abdullah, Ayah Nabi Muhammad yang Meninggal Dunia di Madinah

(*)

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Baca Lainnya