Kisah Abdul Muthalib, Kakek Nabi Muhammad yang Temukan Lagi Sumur Zamzam

Jumat, 10 Maret 2023 | 14:16
Ilustrasi/Pixabay

Kisah Abdul Muthalib, Kakek Nabi Muhammad yang temukan kembali sumur zamzam

Sosok.ID - Abdul Muthalib memiliki peran besar terhadap Nabi Muhammad.

Itu karena kakek Nabi Muhammad dari pihak ayah ini sempat mengasuh sang cucu.

Dalam kisah Nabi Muhammad, diceritakan pula bahwa nama Muhammad juga merupakan pemberian Abdul Muthalib.

Mengutip dari Kompas.com, Abdul Muthalib merupakan keturunan pemimpin suku Quraisy yang sangat dihormati di Mekkah, yakni Hasyim bin Abdu Manaf.

Hasyim merupakan orang yang bertanggungjawab atas penanganan air minum serta makanan bagi jamaah yang berkunjung ke Mekkah.

Ia memiliki nama asli Syaibah.

Setelah meninggal dunia, Hasyim memberi wasiat kepada Muthalib sang adik untuk meneruskan pekerjaannya sebagai pengurus Mekkah.

Sebab saat itu Syaibah belum lahir.

Setelah Syaibah lahir, ia dirawat di Madinah.

Sampai akhirnya ia pergi ke Mekkah dan dikenalkan oleh Muthalib.

Mulanya, banyak yang mengira Syaibah adalah budak dari Muthalib.

Dari situ, orang-orang mengenal Syaibah sebagai Abdul Muthalib (pelayan Muthalib).

Setelah Muthalib wafat, Syaibah lah yang meneruskan kepengurusan Mekkah.

Namanya juga berganti menjadi Abdul Muthalib.

Selama kepemimpinan Abdul Muthalib, sumur air zamzam yang tersembunyi selama berabad-abad kembali ditemukan.

Penemuan itu sendiri berasal dari mimpi Abdul Muthalib yang menghampirinya berkali-kali.

Dimana dalam mimpi tersebut, ia disuruh seseorang untuk menggali di tempat sumur zamzam berada.

Abdul Muthalib lantas menggali lokasi yang dimaksud orang di mimpinya itu.

Dan benar saja, setelah menggali bersama Al Harits putranya, sumber air yang tak pernah kering itu tersimpan di dalamnya.

Sayang, sempat terjadi perselisihan di antara kaum Quraisy dan Abdul Muthalib soal kepemilikan sumur tersebut.

Namun, akhirnya Abdul Muthalib berhasil menyelesaikan permasalahan tersebut.

Baca Juga: Kisah Abdullah, Ayah Nabi Muhammad yang Meninggal Dunia di Madinah

(*)

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Baca Lainnya