Sosok.ID - Presiden Jokowi belum lama ini menyebutkan nama-nama yang berpotensi menjadi capres cawapres 2024, AHY disebutkan, Demokrat beri kritik tajam.
Mengutip Kompas.com, Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani menilai Jokowi terlalu sering meng-endorse nama-nama tertentu.
Sikap itu dikhawatirkannya akan mengganggu netralitas suara pada pemilihan umum 2024.
"Kita juga menyayangkan Pak Jokowi yang terlalu sering meng-endorse figur-figur tertentu sebagai capres dan cawapres yang bisa mempengaruhi netralitas dan profesionalitas aparat," ujar Kamhar pada Senin (20/1/2023), seperti dikutip Sosok.ID dari Kompas.com.
Menurut Kamhar, Jokowi perlu menahan diri mempromosikan sosok-sosok tertentu dan belajar dari SBY.
"Ada baiknya belajar pada pengalaman Pilpres 2014, ketika dulu Pak SBY mampu menahan dan menjaga diri dari untuk tidak meng-endorse pasangan tertentu, baik itu Jokowi-JK maupun pasangan Prabowo-Hatta," terang Kamhar.
Kamhar menerangkan, kebiasaan Jokowi menyebutkan tokoh-tokoh tertentu sebagai calon presiden dan wakil presiden pemilu 2024 bisa menggiring suara.
"Sehingga, (jika Jokowi bisa menahan diri) elemen kekuasaan bisa benar-benar netral. Dan pemilu bisa terselenggara dengan demokratis dan transisi serta peralihan kekuasaan berjalan secara lancar," katanya.
Terkait nama AHY turut disebut Jokowi, Kamhar menilainya sebagai doa.
Tanggapan AHY
Menanggapi pidato Jokowi di Haul PPP ke 50 beberapa waktu lalu yang turut menyebut namanya, AHY menganggapnya sebagai peluang.
"Tadi saya mendengarkan sambutan beliau," ujarnya pada Jumat (27/2/2023), dikutip dari Tribunnews.com.
AHY menilai Jokowi memiliki harapan agar pemilu 2024 lancar dan aman.
"Presiden Jokowi juga tentu berharap agar Pemilu 2024 mendatang bisa berjalan dengan baik, sukses, damai, dan tidak menghadirkan instabilitas, baik secara politik maupun keamanan."
"Saya pun merasa ini adalah sebuah peluang sejarah bagi seluruh parpol, termasuk tokoh-tokoh yang ingin menjadi bagian dalam kontestasi tersebut, baik dalam pilpres maupun dalam pemilihan anggota legislatif," tandas dia.
Di sisi lain, survei elektabilitas presiden yang dirilis Lembaga Survei dan Polling Indonesia (SPIN), dikutip dari Antara menunjukkan PDIP masih mendapat elektabilitas tertinggi dengan 20,6 persen.
Sementara Gerindra mendapat suara 19,1 persen, disusul Golkar 10,1 persen dan Demokrat 9,5 persen. (*)
Baca Juga: AHY 'Girang' Disebut Jokowi sebagai Cawapres: Ini adalah Peluang!