Sosok.ID -Kisah Nabi Nuh AS dan musibah air bah atau banjir bandang sudah dikenal luas.
Termasuk kisah Nabi Nuh yang menyaksikan putranya sendiri tenggelam dalam musibah tersebut.
Dikisahkan, Nabi Nuh begitu sedih melihat kaumnya yang zalim.
Meski segala upaya dilakukan Nabi Nuh, namun sebagian besar kaumnya enggan bertobat.
Doa Nabi Nuh pun dikabulkan Allah.
Allah berkata kepada Nabi Nuh, “Buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami. Janganlah kamu bicarakan dengan
Aku tentang orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya, mereka itu akan ditenggelamkan."
Nabi Nuh pun segera mengumpulkan pengikutnya untuk membuat kapal.
Proses pembuatan kapal itu pun menjadi ejekan dan dicemooh kaum zalim.
Setelah pembuatan kapal selesai, Allah memerintahkan Nabi Nuh membawa berbagai hewan yang berpasangan, jantan dan betina.
Setelah selesai mempersiapkan perbekalan, lalu Nabi Nuh berkata kepada pengikutnya.
“Naiklah ke dalam kapal dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Kemudian, Allah berfirman, “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan air yang tercurah. Kami jadikan burni memancarkan beberapa mata air,
lalu bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.”
Seketika hujan pun turun selama empat puluh hari empat puluh malam hingga bencana banjir besar melanda seluruh kota dan desa.
Jeritan dan tangisan manusia terdengar di mana-mana menyertai mereka yang berlari, namun air mengejar dan menenggelamkan mereka.
Tiada tempat berlindung dari banjir yang dahsyat itu, kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh.
Kaum Nuh benar-benar telah hancur tersapu banjir yang dahsyat tersebut.
Termasuk seorang putra Nabi Nuh yang tetap zalim hingga akhir, Kan'an.
Sebelum terjadinya banjir, Nabi Nuh mengajak anaknya yang bernama Kan’an untuk segera menaiki kapal, bersama kerabat dan pengikutnya.
“Hai anakku, naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”
Namun, anaknya menolak dan menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”
Nabi Nuh begitu sedih dengan sikap keras kepala anaknya. Ia pun berkata,
“Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah yang Maha Penyayang.”
Kemudian, Nabi Nuh berdoa kepada Allah agar menyelamatkan anaknya dan membukakan pintu hatinya,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.”
Allah memperingatkan Nabi Nuh dan berfirman, “Hai Nuh! sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu. Sesungguhnya, perbuatannya tidak baik.
Oleh sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya.
Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”
Nabi Nuh pun berdoa, mengakui kesalahannya, dan pasrah terhadap takdir Allah,
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahuinya.
Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku dan menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”
Akhirnya, Kan’an pun tenggelam bersama kaum Nuh yang zalim.
Mereka semua mati ditelan banjir yang dahsyat tersebut.
Meskipun merasa sedih Setelah semua pengikutnya yang zalim tenggelam, Allah memberi perintah kepada bumi dan langit agar berhenti melaksanakan tugasnya.
Kapal itu pun berlabuh di atas Bukit Judy di sebuah daerah di Negara Armenia.
Lalu, Allah berkata kepada Nabi Nuh, “Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat dad orang-orang yang bersamamu.
Ada umat-umat yang Kami beri kesenangan kepada mereka. Kemudian, mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.”
Nabi Nuh dan pengikutnya pun selamat, termasuk ketiga putra Nabi Nuh yang beriman, yakni Sam, Ham, dan Yafits.
Kelak, ketiganya akan menurunkan keturunan dengan warna kulit yang berbeda.
Sam memberikan keturunan bangsa berkulit putih.
Ham memberikan keturunan bangsa berkulit hitam.
Yafits memberikan keturunan bangsa berkulit kuning.
Baca Juga: Patut Dijadikan Panutan Suami Istri, Ini Kisah Nabi Muhammad dan Siti Khadijah
(*)