Kerusuhan Kanjuruhan Tewaskan Orang Tuanya, Sosok Bocah 11 Tahun Jadi Yatim Piatu dalam Semalam

Minggu, 02 Oktober 2022 | 14:36
(KOMPAS.com/Suci Rahayu)

Kericuhan dan kerusuhan mewarnai pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC dan Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang, Sabtu (1/10/2022).

Sosok.ID - Kerusuhan Kanjuruhan yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya menelan banyak korban jiwa.

Tak terkecuali kedua orang tua bocah 11 tahun asal Malang, Jawa Timur ini.

Ia pun jadi yatim piatu dalam semalam usai kedua orang tuanya tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022).

Dimana dalam pertandingan itu, Arema FC kalah atas Persebaya Surabaya 2-3 dalam laga bertajuk Derby Jawa Timur itu.

Tak terima timnya kalah di kandangnya sendiri, suporter tuan rumah pun mengamuk selepas laga.

Para suporter turun ke lapangan hingga situasi tak terkendali.

Pihak kepolisian lantas menembakkan gas air mata yang membuat orang-orang panik berdesakan keluar.

Akkibatnya, ratusan orang tewas akibat peristiwa tersebut.

Hingga kini, sudah ada lebih dari 180 orang yang dinyatakan meninggal dunia.

Pasangan suami istri asal Malang ini adalah salah dua dari korban yang meninggal.

Melansir dari TribunJatim.com, mereka adalah Muhammad Yulianton (40) dan Devi Ratnasari (30).

Warga Jalan Bareng Raya 2G RT 14 RW 8, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang itu menonton pertandingan bersama putra mereka, Muhammad Alfiansyah (11).

Beruntung, bocah itu selamat dari insiden maut itu.

Doni (43) selaku saudara korban menjelaskan detail kronologi yang menimpa keluarganya.

"Jadi di RT 14 ini, ada sebanyak 20 orang warganya menonton langsung pertandingan di stadion.

Kami menonton di Tribun 14," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, Minggu (2/10/2022).

Usai pertandingan berakhir, mendadak terjadi kericuhan.

Kericuhan yang awalnya terjadi di lapangan mendadak mengarah ke bagian tribun penonton.

"Saat itu, petugas keamanan menembakkan gas air mata ke arah Tribun 12. Namun karena angin, asap dari gas air mata itu mengarah ke Tribun 14.

Asap itu membuat perih mata, dan para penonton yang ada di Tribun 14 langsung berhamburan turun untuk segera keluar stadion," jelasnya.

Doni langsung menggendong anaknya dan mengikuti suporter lainnya untuk keluar lewat pintu stadion.

"Setelah itu, saya berhenti sebentar di bagian pintu keluar stadion. Tiba-tiba, Muhammad Alfiansyah ini datang menghampiri saya.

Saya langsung tanya, kemana kedua orang tuamu kok enggak ada. Anak itu menjawab, kalau kedua orang tuanya masih di dalam stadion," bebernya.

Tak lama setelahnya, Doni melihat kedua orang tua Alif sudah ditolong orang lain.

Keduanya lantas dilarikan ke Rumah Sakit Teja Husada, Kabupaten Malang.

Doni menduga saudaranya meninggal dunia karena terinjak-injak orang lain saat berdesakan keluar stadion.

Sementara Alif berhasil selamat usai meminta pertolongan polisi.

"Kedua jenazah sampai rumah duka sekitar Subuh. Rencananya, akan segera dimakamkan di TPU Mergan sekitar pukul 09.00 WIB ini," tandasnya.

Menurut Doni, korban Yulianton sudah sering menonton pertandingan di stadion, sementara Devi baru pertama kali.

"Kedua jenazah sampai rumah duka sekitar Subuh. Rencananya, akan segera dimakamkan di TPU Mergan sekitar pukul 09.00 WIB ini," tandasnya.

Baca Juga: 187 Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Mimpi Tuan Rumah Piala Dunia 2023 Terancam

(*)

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Baca Lainnya