Ramai Isu Kakak Asuh Ferdy Sambo Bikin Karirnya Langsung 'Loncat', Sosok Eks Kabareskrim Cerita Kultur Kakak Asuh yang Tak Sehat ini di Polri: Sisihkan Potensi

Jumat, 23 September 2022 | 12:46
YouTube Kompas TV

Diduga ada peran kakak asuh Ferdy Sambo di kasus pembunuhan Brigadir J.

Sosok.ID -Beredar isu bahwa Ferdy Sambo memiliki kakak asuh di kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Tradisi kakak asuh ini pun diceritakan oleh eks Kabareskrim Komjen Pol (Purn) Ito Sumardi.

Kakak asuh ini disorot karena diduga mempengaruhi kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Ito bercerita bahwa tradisi kakak atau adik asuh lazim di dunia kepolisian.

Namun dia menyebutkan hal itu dalam konotasi positif.

Kakak asuh dan adik asuh bisa menimbulkan loyalitas, tapi sisi buruknya adalah menyisihkan potensi lain yang lebih bagus.

"Pertama, saya ingin lihat secara empiris ya. Saya 35 tahun di kepolisian. Jadi istilah kakak asuh dan adik asuh itu lazim di semua lembaga pendidikan, tidak hanya di Polri. Biasanya atas basis daerah, satu satuan pendidikan dan lain-lain," paparnya dalam program Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Jumat (23/9/2022).

Sosok kakak asuh ini di kepolisian biasanya sejak awal sudah melihat potensi calon adik asuhnya.

"Biasanya kakak asuh ini sudah melihat dari awal pendidikan, melihat potensi adik asuhnya. Jadi misalnya kalau kakak asuh ini sudah menjabat di Polri, tentunya dan ia akan melihat bagaimana adik asuhnya ketika bertugas di Polri," sambungnya.

Ito menyebut awalnya istilah kakak adik asuh ini memberi pengembangan karir dan budaya saling mendukung.

"Jadi positifnya, dia (kakak asuh) akan berupaya memberikan pembinaan karir dan pengembangan karir pada bersangkutan (adik asuh). Meskipun di sini ada pendekatan nepotisme ya. Tapi nepotismenya dalam arti positif," imbuhnya.

"Hanya memang, bisa saja timbul loyalitas, keberhutangan budi, kemudian barangkali yang bersangkutan menyisihkan potensi lain yang bukan adik asuhnya," paparnya.

Lantas, ia menyebutkan soal istilah kakak asuh tidak lazim di publik.

"Mungkin istilah kakak asuh tidak lazim di publik. Kita akui, di Poliri sistemnya ada tapi ada yang salah. Saat saya dinas dulu, adik asuh saya mulai letnan dua hingga jadi pejabat, manakala pelanggaran etik, saya harus patuh peraturan. Ini kembali masalah leadership," tambah dia.

Itulah sebabnya diterapkan merit sistem dan sistem asesmen untuk meminimalisasi hal tersebut.

"Tapi betul ada indikasi dalam pengawasan kepemipinan perlu diperbaikin. Ini juga ada FGD dengan Menkopolhukkam, saya ikut itu untuk reformasi di kepolisian. Dengan imbas kasus sambo, diperkirakan adanya sistematis untuk reformasi Polri," paparnya.

"Jadi, untuk yang dikhawatirkan Prof Muradi (tentang kasus Sambo dan kakak asuh punya pengaruh-red) ya wajar saja," tambah dia.

Itu pun menjelaskan kasus Sambo ini bermula dari rekayasa yang kemudian menyeret adanya dugaan kakak asuh.

Terlebih ada dugaan ulur-ulur waktu terkait penanganan kasus Brigadir J.

"Dalam justice sistem kita ada tiga hal. Pertama, Jadi waktu penahanan bersangkutan yang ditentukan UU itu, tidak bisa diperlambat," lanjut dia.

"Kedua kasus ini direkayasa, dari sederhana jadi rumit. Ini juga perlu waktu," paparnya.

"Tiga. Semua tergantung JPU dan kasus ini lengkap, otomatis akan dilimpahkan. Untuk obstruction of justice muncul belakangan," tandas Ito.

Baca Juga: Istri Murka, Hotman Paris Akui Sempat Setuju jadi Pengacara Ferdy Sambo: Harganya Sudah Disepakati

Editor : May N

Baca Lainnya