Sosok.ID -Penyelidikan kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J sampai saat ini terus dilanjutkan.
Di saat kelima tersangka terancam dikenai pasal 340 atau pasal pembunuhan berencana, motif pembunuhan Brigadir J masih belum dibuka secara terang-terangan.
Motif pembunuhan berarti penyebab mengapa Brigadir J harus meregang nyawa.
Salah satu dugaan motif yang disampaikan polisi adalah isu pelecehan seksual yang diklaim dilakukan Brigadir J kepada Putri Candrawathi.
Namun dugaan pelecehan seksual ini tidak masuk akal karena banyak pihak yang menyebut fakta yang kontras dengannya.
Salah satunya adalah Bripka RR atau Ricky Rizal, ajudan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sekaligus salah satu tersangka pembunuhan Brigadir J.
Bripka RR melawan skenario Ferdy Sambo bersama Bharada E yang sudah terlebih dahulu mengajukan diri menjadi justice collaborator.
Ditunjuklah pengacara baru Bripka RR, Erman Umar, yang mengungkapkan jika kliennya masih mempertimbangkan pengajuan menjadi justice collaborator ke LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban).
Erman Umar menyebut Bripka RR mengklaim tidak mencium indikasi dugaan pelecehan atau kekerasan seksual dilakukan Brigadir J kepada Putri Candrawathi.
Pengakuan Bripka RR adalah saat di Magelang Putri Candrawathi mencari Brigadir J sehingga Bripka RR menduga pelecehan seksual yang disebut Komnas HAM dan Komnas Perempuan belum tentu benar.
Putri Candrawathi disebut menangis saat di Magelang, tapi berkat kesaksian Bripka RR, diketahui bahwa sosok yang menangis adalah Susi, ART perempuan keluarga tersebut.
Meski begitu tidak diketahui penyebab Susi menangis.
Putri Candrawathi malah hanya berbaring di kamarnya.
Mengetahui hal tersebut, pengamat politik Refly Harun di kanal YouTube-nya menyampaikan pendapatnya.
Ahli hukum tata negara itu menanyakan motif yang sebenarnya di balik pembunuhan berencana Brigadir J jika memang pelecehan seksual.
"Kalau misalnya tidak ada motif pelecehan lalu apa dong motif membunuh Yosua. This is the question sebenarnya," ujar Refly Harun.
"Maka orang akan bergerak pada motif non domestik yang sepertinya tidak mau ditelusuri lebih lanjut oleh pihak Kepolisian," jelasnya.
Karena itu, menurut Refly Harun, pihak Kepolisian hanya melihat peristiwa ini sebagai pembunuhan berencana.
"Ya kalau misalnya alasan itu kan bisa saja dibuat. Alasan pelecehan itu untuk melegitimasi pembunuhan. Tapi apa iya kalau secara faktual itu tidak ada," terang Refly Harun.
Refly Harun mengatakan jika tidak ada pelecehan di Magelang atau tidak adanya saksi yang kuat, maka motif itu bisa dikatakan void atau gagal.
"Tapi tentu di dalam konstruksi kasus kan harus dijelaskan apa motifnya. Nah bisa jadi, motifnya hanya dua yang tahu. Jadi Bharada E tidak tahu, Bripka RR tidak tahu, Kuat Maruf tidak tahu," kata Refly Harun.
"Yang tahu itu adalah Sambo dan PC sendiri atau Sambo sendiri. Kalau itu terkait dengan hal-hal yang sifatnya non domestik atau hal-hal yang selama ini ya katakanlah dicurigai bisnis kerjaan Sambo," tambahnya.