Sosok.ID - Tsunami Aceh 2004, menjadi salah satu bencana alam terbesar yang pernah terjadi di Indonesia dan bahkan dunia.
Peristiwa itu mengguncangkan Samudra Hindia, di mana gempa berkekuatan 9,1 - 9,3 SR menyebabkan gelombang air laut menggulung setinggi 30 meter.
Ombak besar itu meluluhlantakkan kawasan di ujung Sumatra tersebut.
Tanah di lokasi kejadian rata dengan material bangunan dan tumpukan mayat.
Selain Indonesia, beberapa negara juga terdampak paling parah, yakni Sri Lanka, India, dan Thailand.
Adapun, artis Cut Meyriska merupakan salah satu korban selamat dari peristiwa mematikan tersebut.
Pada 26 Desember 2004 saat peristiwa itu terjadi, Cut Meyriska tengah berlibur di Kota Sabang, Provinsi Aceh.
Meski tidak berada di area episentrum gempa, istri Roger Danuarta itu menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri tumpukan mayat korban tsunami.
Dikutip dari Kompas.com, Cut Meyriska menuturkan bahwa dia sedang mandi saat gempa terjadi pada pagi itu.
Cut Meyriska kala itu tiba-tiba merasakan guncangan gempa cukup kencang.
Dia lantas berlari hanya berbalutkan handuk.
Tepat di depan matanya, Cut Meyriska menyaksikan ombak tsynami menggulung.
Baca Juga: Untung Dihalangi Faisal, Doddy Sudrajat Nyaris Bonyok di Hajar Sosok Ini: Dia Mau Adu Jotos
Saat itu, dia sedang menginap di dataran tertinggi di Kota Sabang, sehingga ia selamat dari kejadian.
Untuk menuju daratan Aceh, Cut Meyriska dijemput saudaranya menggunakan kapal.
Selama perjalanan. dia menyaksikan dengan jelas tumpukan mayat mengapung di sekeliling kapal yang dinaikinya.
Cerita ini sendiri disampaikan Cut Meyriska kala mengisi tayangan di YouTube Ciky Citra Rezky
"Sepanjang perjalanan tuh, mayat tuh udah ngapung-ngapung, kanan kiri," ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Selasa (18/1/2022).
Ketika itu, Cut Meyriska yang satu kapal dengan tantenya diberi nasihat untuk tidak terlalu penasaran dengan mayat yang berada di kanan-kirinya.
Tantenya khawatir kapal akan terguling jika semua orang memandangi di arah yang sama.
"Tante sih ngomong jangan ikut-ikutan orang ketika ngelihat mayat tuh langsung semuanya ke sana, miring takutnya kapalnya, karena pasti semuanya kepo dong," kisah wanita kelahiran 1993 itu.
Tak ayal dia berusaha mengabaikan banyaknya mayat di sepanjang perjalanan, dan memilih untuk berusaha menangkap jaringan sinyal di ponselnya.
Apa yang dia pikirkan kala itu yakni harus sesegera mungkin memberi tahu orang tuanya bahwa dia selamat dari terpaan tsunami Aceh.
"Aku fokus nyari sinyal," kata dia.
Saat sampai di daratan, kondisi yang dia saksikan jauh lebih parah.
Kota sudah rata dengan tanah dan mayat, tidak ada kendaraan yang bisa mengantarkan Cut Meyriska kepada ayah dan ibunya.
"Nyampe ke Aceh kita bingung, rata semuanya," ujar Cut Meyriska.
"Rata, hancur gitu, dengan mayat ada di mana-mana," lanjut dia.
Beruntung, ketika itu truk mayat melintasinya.
Meski bau mayat tak tertahankan, namun dia merasa beruntung karena dapat mewujudkan pertemuan dengan anggota keluarganya.
"Ini naik apa ya? Oh naik truk mayat, bareng sama mayat, itu kan bau banget," cerita Cut Meyriska.
Ia lantas di bawa menuju kota yang memungkinkan kendaraan umum melaju.
"Habis itu, dari truk itu nurunin kita, kita langsung naik angkot," tuturnya.
Pada akhirnya Cut Meyriska berhasil bertemu dengan sang ibu yang selamat usai berlindung di sebuah masjid. (*)