Sosok.ID-Sudah bukan rahasia lagi sampai tercatat di buku sejarah dunia bahwaJepang pada masa Perang Dunia II cukup ditakuti karena keberingasannya.
Kala ituJepang menjadi salah satu negara yang cukup mengerikan setelah bergabung dengan blok poros menantang dominasi sekutu pada Perang Dunia II.
Tak sampai di situ saja, momen saat Jepang dengan berani mengebom pangkalan militer AS Pearl Harborcukup membekas sampai saat ini.
NamunJepang harus dipaksa bertekuk lutut di hadapan AS usai menerima balasan telak bom atom di Nagasaki dan Hiroshima dan sebagai pertanda berhentinya perang dunia II.
Baca Juga: Ditakutkan Sulut Perang Dunia, Intelijen Rusia Bongkar Tindakan Berbahaya Amerika Serikat
Jepang pun dipaksa menyerah tanpa syarat bahkan diberi hukuman berat tak boleh memiliki armada perang lagi.
Kini keadaan berubah, bak seekor harimau yang bangun dari tidurnya, Jepang terang-terangan mengaku siap berperang lagi.
Tak sampai di situ saja,Perdana Menteri Jepang mengaku siap menyerang pangkalan militer asing jika diperlukan.
Perdana Menteri Jepang Kishida mengumumkan bahwa negara itu akan memperkuat kemampuan pertahanannya di tengah meningkatnya ancaman di wilayah tersebut.
Pernyataan tersebut dibeberkan dalam sebuah kesempatan pada tanggal 6 Desember kemarin.
Keinginan Kishida ternyata bukan mimpi belaka, bahkan kini Perdana Menteri Jepang tersebut tengah melobi parlemen.
Kesempatan itu digunakan Kishida agar konstitusi dirubah dan memperbolehkan militer Jepang menyerang negara lain.
Sudah bukan rahasia lagi,Jepang berjanji untuk menyerahkan aparat fasis dan mengembangkan kemampuan militer hanya demi pertahanan nasional, bukan untuk menyerang negara asing.
Bahkan hal tersebut sudah jelas diatur dalam konstitusi Jepang sampai saat ini.
"Untuk melindungi kehidupan dan kehidupan rakyat, kami akan mempertimbangkan semua opsi, termasuk mengizinkan militer menyerang pangkalan militer asing," kata Kishida dalam sesi luar biasa Majelis Nasional pada 6 Desember.
"Jepang juga akan dengan cepat meningkatkan sistem pertahanan dalam negerinya," katanya.
Menurut Kishida, parlemen Jepang "memiliki tanggung jawab untuk secara serius mempertimbangkan" amandemen konstitusi dan undang-undang.
"Dengan modifikasi dasar, Jepang akan memiliki lebih banyak keuntungan dalam meningkatkan kapasitas pertahanan dan menambah senjata dan senjata," tambah Kishida.
Melansir dari Intisari-Online, Analis mengatakan bahwa, meskipun dijuluki "merpati" ketika menjabat sebagai menteri luar negeri Jepang di bawah mantan Perdana Menteri Abe, Kishida masih aktif mendukung "bos lama" untuk meningkatkan pengeluaran militer dan membeli senjata baru.
Pada akhir November, Jepang menyetujui anggaran tambahan sebesar 6,7 miliar dollar AS untuk pertahanan, sehingga total anggaran pertahanan negara itu pada tahun 2021 menjadi lebih dari 53 miliar dollar AS, setara dengan Prancis dan Jerman.
Perdana Menteri Kishida mengatakan dia berencana untuk menggandakan anggaran pertahanan Jepang pada tahun 2022.
Seorang profesor hubungan internasional di Universitas Meiji, Go Ito mengatakan bahwa Kishida mengikuti jejak pendahulunya Abe ketika mengkampanyekan amandemen konstitusi yang akan memungkinkan militer menyerang pangkalan militer asing di luar.
"Pada dasarnya, ini adalah garis yang digariskan oleh Pak Abe dan diikuti oleh para pemimpin berturut-turut. Jepang dipaksa untuk berubah ketika dalam beberapa tahun terakhir Cina sangat agresif. Tuan Kishida sangat tertarik dengan masalah keamanan Jepang," kata Ito.
"Dia juga berada di bawah tekanan diplomatik besar dari China. Jika konstitusi memang diubah, Kishida akan menjadi Perdana Menteri pertama yang mengangkat 'meterai' militer Jepang," kata Profesor Ito.
Jepang diperkirakan akan meluncurkan proyek untuk membangun pangkalan militer di Pulau Ishigaki, Prefektur Okinawa pada tahun 2022 mendatang.
Tempat terdekat dengan Kepulauan Senkaku/Diaoyu yang disengketakan dengan China yang akan menelan biaya 32 juta dollar AS.
"Sebagian besar peralatan yang dibeli Jepang dalam beberapa tahun terakhir murni bersifat defensif," kata Ito.
"Yang khas adalah sistem pertahanan rudal Patriot Advanced Capability dan rudal permukaan-ke-udara KBSAM. Jika konstitusi diubah, Jepang dapat menargetkan senjata ofensif, tembakan area luas,"jelas Ito.
"Jepang dapat menghabiskan banyak uang untuk senjata ofensif dan sebagian besar akan digunakan untuk menghalangi China. Dalam waktu dekat, Tokyo juga dapat mengizinkan Amerika Serikat untuk menyebarkan sistem senjata yang lebih canggih di tanah Jepang," katanuya.
"Jepang tahu perlu untuk menjaga Amerika Serikat sebagai sekutu penting pada saat ketegangan regional meningkat, terlepas dari biaya untuk Washington,"jelas Ito.
Saat ini, Jepang harus menghabiskan 1,79 miliar dollar AS setahun untuk berlindung di bawah "payung nuklir" AS. (*)