Sosok.ID - Pada 2 Juli 2021 lalu, warga Jember, Jawa Timur digegerkan dengan aksi pembunuhan oleh seorang kakek bernama Hasan (70).
Kasus pembunuhan yang dilakukan Hasan membuat geger lantaran didasari masalah sepele.
Korban, yakni Misran (50) dibunuh lantaran ia batuk di dekat rumah Hasan.
Melansir dari Tribun Jateng via Grid.ID, kejadian bermula saat Misran sedang duduk santai bersama tetangganya, Karno.
Saat berpamitan pulang, Karno lantas berdehem dan batuk di samping rumah Hasan.
Mendengar suara batuk itu, Hasan lantas menghampiri Misran dan berbincang sebentar kemudian pulang.
Tak disangka, Hasan kembali lagi menemui Misran dan membacokkan celurit yang dia bawa ke arah leher korban.
Lewat tayangan YouTube KOMPASTV, Kamis (15/7/2021), Hasan mengakui perbuatannya didasari lantaran ia mendengar suara batuk.
"Saya dengar batuk di sana, ada orang lewat berdehem, batuk, berdehem batuk," ujar Hasan, seperti dikutip via Grid.ID.
Hasan mengaku, jika mendengar suara orang batuk ia merasa tengah menjadi omongan.
Lebih lanjut, Hasan mengakui dirinya pernah melakukan aksi pembunuhan puluhan tahun silam.
"Iya, Pak, tapi sama juga (pembunuhan). Tahun 74, sama saja kasusnya seperti ini," terang Hasan.
Sambil tertawa, Hasan mengakui bahwa dirinya adalah sosok yang pemarah.
"Oh ya cuma begitu," tukas Hasan sambil tertawa.
Melihat Hasan, seorang psikolog dari Universitas Jember, Erdi Istiaji pun mengungkap adanya faktor traumatis dari pelaku.
"Dari tinjauan saya secara psikologis sepertinya yang bersangkutan ini mengalami gangguan emosional," jelas Erdi.
Menurutnya, Hasan bisa saja mengambil pelajaran dari pengalaman pertamanya.
"Kalau menurut beritanya kan ini kali ke-2. Secara normal, seharusnya dari pengalaman yang dulu dia bisa mengambil sisi baiknya dan cenderung berhati-hati, tapi aneh kok bisa muncul lagi," imbuh Erdi.
Menurut analisisnya, Hasan tak dapat berpikir secara logis karena gangguan tersebut sehingga ia jadi hilang kendali.
"Kalau dari indikator saya kemungkinan yang bersangkutan mengalami gangguan emosional tanpa zat adiktif, dia tidak bisa berpikir secara logis," tandas Erdi.
(*)