Nuklir Lancar meski Mayat Bergelempangan dan Rakyatnya Ganjal Perut dengan Serangga, Warga Korea Utara Mengira Itu Hidup Normal

Rabu, 23 Juni 2021 | 19:57
chosun.com

Kim Jong Un

Sosok.ID - Negara pimpinan diktator dunia, Kim Jong Un, dikenal sebagai salah satu negara miskin di dunia.

Korea Utara disebut membiarkan rakyatnya keparan, sementara pemerintahnya sibuk mengembangkan program nuklir.

Dilansir dari Intisari, pembelot Korut bercerita mengenai kehidupan masa lalunya sebelum lepas dari Pyongyang.

Semasa hidup di negara paling tertutup di dunia itu, ia tak pernah tahu bahwa kehidupannya tidak normal.

Baca Juga: Sering Keras Kepala Ogah Akui Negaranya dalam Masalah, Kim Jong Un Benarkan Krisis Pangan Mengancam Korea Utara

Dikutip dari express.co.uk (4/9/2020), pembelot itu adalah Yeonmi Park (26).

Ia menjelaskan kehidupan di Korea Utara dipenuhi dengan “penindasan dan kegelapan total”.

Namun, berbeda dari negara lain yang mengalami hal serupa seperti Iran dan Kuba, menurutnya rakyat Korea Utara tidak menyadari kekejaman yang terjadi.

Bagi mereka, aksi rezim Kim Jong Un adalah normal. Sebab mereka tak pernah menyaksikan bagaimana dunia luar berjalan.

Baca Juga: Aneh Memang, Korsel Terlihat Panik Melihat Kim Jong Un Kurusan

“Di negara-negara itu, Anda memiliki semacam pemahaman bahwa mereka tidak normal, mereka terisolasi dan orang-orangnya tidak aman," kata dia.

“Tapi Korea Utara telah benar-benar dibersihkan dari seluruh dunia, itu benar-benar Kerajaan Pertapa."

“Ketika saya tumbuh di sana, saya tidak tahu bahwa saya terisolasi, saya tidak tahu bahwa saya sedang berdoa kepada seorang diktator," ungkapnya.

Yeonmi lantas menceritakan bagaimana perjuangannya dalam kelaparan ketika tinggal di Korea Utara, mengkritik rezim dengan program nuklirnya.

Baca Juga: 10 Juta Penduduk Korea Utara Diambang Kematian? Dunia Soroti Negara Paling Tertutup Seantero Bumi, Krisis Kemanusiaan Level Tinggi Jadi Perhatian Gegara Kim Jong Un

Di usia anak-anak, Yeonmi terpaksa memakan serangga demi menahan lapar.

Menyaksikan mayat-mayat tergeletak di jalanan juga adalah hal biasa baginya.

"[Saat itu] Saya tidak pernah berpikir itu adalah sesuatu yang tidak biasa," katanya.

Setelah membelot dan mengunjungi sejumlah negara di dunia, ia baru sadar, bahwa hal-hal yang dialaminya di Korea Utara tak terjadi di negara lain.

“Saya telah mengunjungi daerah kumuh di Mumbai, saya telah mengunjungi daerah kumuh di negara lain, tetapi tidak ada yang seperti Korea Utara."

Baca Juga: Bersiap Perang Lawan Seoul, Kim Jong Un Perintahkan Para Jenderalnya Kerahkan Pasukan

"Karena kelaparan Korea Utara, ini adalah kelaparan sistematis oleh negara yang memilih untuk membuat kita kelaparan," ujarnya.

Menurutnya, tidak ada warga Korea Utara yang harus mati kelaparan jika rezim tersebut menyisihkan sedikit dari uang yang mereka hamburkan untuk program nuklirnya.

“Jika mereka mau menghabiskan hanya 20 persen dari apa yang mereka habiskan untuk membuat senjata nuklir, tidak ada yang harus mati di Korea Utara karena kelaparan," tegasnya.

"Tetapi rezim memilih untuk membuat kita lapar," imbuh dia.

Baca Juga: Sekalipun Harus Korbankan Nyawa Warga Korea Utara, Kim Jong Un Bakal Halalkan Segala Cara Agar Budaya K-Pop Tak Meracuni Wilayahnya

Yeonmi yang kemudian menjalani kehidupannya sebagai seorang aktivis hak asasi manusia ini melarikan diri dari Korea Utara ketika dia berusia 13 tahun.

Ia menyeberang ke China sebelum ditangkap oleh pedagang manusia.

Beruntung ia bisa melarikan diri dari penculiknya, kemudian dia bisa bertemu dengan ibunya.

Yeonmi dan ibunya pun melarikan diri ke Mongolia dan mencari perlindungan di Korea Selatan, sebelum pindah ke AS.

Dia kini tinggal di Chicago bersama suaminya.

Baca Juga: Tak Lazim, Begini Nasib Mengerikan Jasad Warga Korea Utara yang Meninggal dengan Status sebagai Tahanan

Meski harus menjalani kehidupan masa lalu yang sulit, ia mengaku tetap bersyukur dilahirkan di Korea Utara.

Menurutnya, dengan masa lalunya yang penuh kegelapan, membuatnya bisa punya perspektif seperti sekarang ini.

"Jika saya tidak dilahirkan dalam penindasan dan kegelapan total, saya tidak berpikir saya akan melihat cahaya di sini," katanya.

Adapun untuk diketahui, info terbaru dikutip dari BBCNews mengabarkan bahwa Korea Utara sedang mengalami krisis pangan.

"Situasi pangan rakyat sekarang semakin tegang,” kata Kim Jong Un seperti dilansir dari BBCNews, Rabu (23/6/2021).

Baca Juga: Sadis, Inilah Kisah Pejabat Malang yang Mati di Tangan Kim Jong Un karena Suarakan Pemikirannya!

Kim Jong-un mengatakan sektor pertanian gagal memenuhi target gandumnya karena badai topan tahun lalu yang menyebabkan banjir, yang membuatnya terancam kehabisan bahan pangan dalam dua bulan.

Meski demikian di tengah pandemi Covid-19 yang melanda, Kim Jong Un masih bersikeras bahwa negaranya aman dari virus corona.

Klaim itu, diragukan oleh masyarakat dunia. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Intisari Online

Baca Lainnya