Sosok.ID - Sebuah kabar mengejutkan diungkap oleh intelijen Indonesia yang menemukan ada indikasi Veronica Koman melakukan teror demi gagalkan PON 2021.
Hal itu diungkapkan bahkan disertai beberapa bukti percobaan menebar kekacauan jelang gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun ini.
Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen Teddy Lhaksamana Widya Kusuma mengungkapkan hal tersebut di depan Pansus DPR RI.
Teddy pun menambahkan teror tersebut dilakukan oleh kelompok separatis Papua (KSP) untuk mencuri perhatian dunia lewat gelaran PON 2021
Tujuannya menurut Teddy jelas untuk menciptakan kondisi instabilitas di Papua.
Teddy mengatakan, beberapa pihak yang diduga terlibat dalam mewujudkan hal itu adalah Veronica Koman dan Benny Wenda.
"Terdeteksi pula bahwa KSP bermaksud memanfaatkan pelaksanaan PON XX 2021 untuk ciptakan instabilitas, untuk menarik perhatian dunia, antara lain Veronica Koman dan Benny Wenda di luar negeri," kata Teddy dalam rapat Pansus DPR RI terkait Otonomi Khusus Papua di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (27/5/2021).
Dalam kesempatan yang sama, BIN mendeteksi adanya kegiatan KSP front bersenjata dalam beberapa waktu belakangan ini yang tersebar di delapan kabupaten di Papua.
Baca Juga: KKB Papua Tantang Duel TNI-Polri, Lekagak Telenggen Siapkan Area Pertempuran: Mereka Tunggu di Muara
Delapan kabupaten itu adalah Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Lani Jaya, Kabupaten Mimika atau Distrik Tembagapura, Kabupaten Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kabupaten Pegunungan Bintang.
Selain mendeteksi adanya kegiatan KSP kelompok bersenjata, Teddy menyebutkan, ada dua front lain yang aktif menggalang pelaksanaan referendum di Papua, yakni front politik dan front klandestin.
Lebih lanjut, Teddy pun menyampaikan, sejak 21 hingga 24 Mei 2021, terhitung ada 60 kali kejadian gangguan keamanan di Papua.
Kejadian tersebut juga memakan korban, yakni 8 aparat keamanan 8 orang gugur, 14 aparat keamanan luka-luka, 5 warga sipil meninggal dunia, 9 warga sipil luka-luka, sedangkan dari KSP ada 22 orang tewas, dan 1 orang luka-luka.
"Terhitung tanggal 21 sampai tanggal 24 Mei 2021, terdiri dari 13 insiden penembakan, 34 kali kontak tembak, 13 kali insiden gangguan keamanan lainnya," ucap dia.
Secara khusus, menurut Teddy, anggota KSP front bersenjata aktif melakukan teror sambil melakukan konsolidasi terkait aksi-aksi lanjutan.
Baca Juga: Kapal Perang Bertolak Menuju Papua, 400 Personel Batalyon 'Pasukan Setan' Akan Gempur KKB Papua
Kemudian, Teddy juga menyebut BIN mendeteksi bahwa gangguan keamanan di wilayah Papua dirancang untuk menutupi tindak penyalahgunaan dan penyelewengan dana otonomi khusus (otsus) Papua.
"BIN mendeteksi bahwa gangguan keamanan dirancang untuk menciptakan situasi yang mencekam sebagai salah satu strategi menutupi tindak penyalahgunaan dan penyelewengan dana otsus selama ini," tuturnya.
(*)