Sosok.ID - Untuk memenuhi takdirnya merebut Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih (1453) alias Mehmed II dari Kekaisaran Turki Utsmani melakukan berbagai cara.
Yang paling kentara ialah pembuatan meriam raksasa, Dardanella Gun.
Meriam ini mampu melontarkan proyektil berupa bola besi dengan diameter 63 cm dengan radius tembak 2 km.
Setelah itu Sultan Mehmed II juga memerintahkan pasukannya membawa kapal-kapal melewati hutan sekitar Konstantinopel untuk mengitari Tanduk Emas yang dipagari rantai laut.
Paling berbahaya dari militer Sultan ialah pasukan elite Yanisari.
Yanisari dibentuk pada abad 14 dibawah kepemimpinan Murad I.
Dikutip Sosok.ID dari History.com, ia merupakan pasukan infanteri modern pertama di Eropa karena bersenjatakan Musket, alias senapan api.
Anggota Yanisari berasal dari para anak laki-laki Nashrani dari wilayah yang sudah ditaklukan oleh Turki Utsmani.
Para anak-anak itu lalu dilatih sedari kecil untuk menjadi prajurit elite.
Latihan intens yang berlangsung lama membuat Yanisari menjadi satuan paling beken se-Eropa.
Saat merebut Konstantinopel dalam serangan final, Yanisari menjadi momok pasukan Romawi.
Kenekatan serta sikap tak takut mati membuat benteng Konstantinopel jatuh walau dijaga pasukan zirah Romawi.
Setelah kampanye militer di Konstantinopel usai, Turki Utsmani ganti berperang melawan Raja Vlad III Dracula dari Rumania.
Untuk menghabisi si 'Penghisap Darah' tersebut, Mehmed II mengirim Yanisari ke Wallachia.
Gegara serangan masif dari Yanisari dan pasukan Ottoman, Dracula bersama wilayah sekutunya macam Transylvania dan Hungaria terdesak.
Pada Desember 1476 dalam pertempuran di Danau Snagov, Vlad III Dracula berhadapan dengan kekuatan besar Ottoman.
Segera ia dan pasukannya disapu habis oleh Yanisari dimana Raja Dracula menemui ajalnya di pedang Yataghan.(Seto Aji/Sosok.ID)