Sosok.ID -Sebelum dilarang karena membahayakan, petasan selalu tak pernah lepas dalam perayaan lebaran di berbagai daerah di Indonesia.
Bahkan masih lekat dalam benak, petasan selalu jadi benda yang lekat di setiap malam menjelang hari raya Idul Fitri.
Namun, benda yang satu ini begitu khas karena pernah mengisi masa kecil hampir semua orang.
Menganal dari kecil belum tentu mengenal keseluruhannya kan?
Baca Juga: Rayakan Lebaran Dengan Makan Ketupat Tapi Takut Cepat Basi? Begini Cara Mengakalinya!
Lalu, tahukah Anda bahwa bahan pembuat petasan ternyata diciptakan dari sebuah kesalahan?
Pertama-tama, apa yang menjadi bahan petasan itu sendiri?
Jawabannya adalah mesiu.
Dilansir dari Kompas.com, Mesiu pertama kali dibuat oleh seorang ahli kimia asal China pada abad ke-9.
Pada saat itu tentu bahan ini belum digunakan untuk membuat petasan atau benda sumber ledakan lain seperti kembang api, granat, apalagi bom.
Melainkan digunakan dalam senyawa medis.
Saat itu, belum terbayang dalam benak orang-orang bahwa bahan ini nantinya akan menjadi bumerang.
Hingga menjadi bahan penemuan yang paling mematikan, yaitu bom.
Penemuan mesiu yang ternyata bisa menjadi bahan peledak terjadi dari sebuah percobaan seorang ilmuwan.
Baca Juga: Tak Jauh Beda dengan Indonesia, Begini Orang Arab Saudi Rayakan Hari Lebaran
Ia mencampurnya dengan belerang dan arang.
Tak bermaksud menciptakan bahan peledak, ternyata bubuk misterius itu justru menghasilkan asap dan api.
Pada saat itu, wajah dan tangannya terbakar karena percobaan yang dilakukannya sendiri.
Tak disangka, kesalahan percobaan yang dilakukan oleh sang ilmuwan diketahui oleh pasukan militer China pada Dinasti Song.
Sehingga mereka membuat benda serupa pistol untuk melawan musuh utama mereka saat itu yaitu bangsa mongol.
Mereka menggunakannya dengan teori penyaluran ledakan melalui silinder.
Digunakanlah bambu sebagai tabung saat itu.
Baca Juga: Jarang Diketahui, Ini Cara Arab Saudi Rayakan Lebaran Sebelum Pandemi!
Hingga akhirnya mesiu terus dimonopoli oleh orang China hingga abad ke-13.
Selanjutnya tersebar ke seluruh dunia.
Saat ini mesiu digunakan untuk berbagai hal yang berbahaya.
Bahkan sekecil petasan pun sebenarnya berbahaya.
Oleh sebab itu, kini petasan dilarang, meskipun larangannya juga belum efektif untuk menghentikan penggunaan petasan.
Kita bisa melihat memasuki bulan puasa sudah terdengar bunyi-bunyian yang berasal dari petasan ini.
Nanti saat lebaran, akan makin nyaring terdengar bunyinya di berbagai penjuru.
Hal tersebut sudah seperti tradisi di Indonesia.
(*)