Sosok.ID - Jika tidak segera tobat, junta militer Myanmar bisa celaka.
Pasalnya kecaman internasional kian deras ke mereka.
Bahkan untuk solusi super cepat, PBB bisa saja mengirim pasukan perdamaian ke sana apabila militer Myanmar masih melakukan kekerasan.
Militer Myanmar menggunakan taktik mematikan untuk melakukan "pembunuhan besar-besaran" terhadap pengunjuk rasa damai yang menentang kudeta 1 Februari, kata Amnesty International pada hari Kamis setelah menganalisis bukti video dan foto dari protes massal beberapa minggu terakhir.
Baca Juga: Gawat, Sebelum Tahun 2027 Amerika Prediksi China Akan Segera Menyerbu Taiwan
55 Klip video menunjukkan bukti visual dari "pembunuhan sistematis dan terencana", kata Amnesty dalam sebuah laporan pada hari Kamis, saat meminta Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional untuk mengambil tindakan guna menghentikan kekerasan.
“Banyak pembunuhan yang didokumentasikan merupakan eksekusi di luar hukum,” kata kelompok hak asasi manusia.
Baca Juga: Tsirkon Hipersonic Missile, Taring Baru Armada Kapal Selam Rusia
Rekaman itu dengan jelas menunjukkan bahwa pasukan militer Myanmar, yang juga dikenal sebagai Tatmadaw, "semakin dipersenjatai dengan senjata yang hanya sesuai untuk medan perang, bukan untuk tindakan kepolisian," tambah laporan itu.
Petugas ditangkap dalam video yang sering terlihat terlibat dalam "perilaku sembrono", termasuk penggunaan amunisi aktif secara sembarangan.
Temuan terbaru mendukung laporan Februari dari Amnesty yang menyimpulkan pasukan keamanan mengerahkan senapan mesin terhadap pengunjuk rasa damai dan menembak kepala seorang wanita selama demonstrasi anti-militer pemerintah.
Pada hari Rabu, petugas polisi yang melarikan diri ke India, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka diperintahkan oleh militer untuk memilih demonstran dan untuk "menembak" sampai mereka mati.
Karena mereka tak mau membunuhi saudara sebangsa setanah airnya.(*)
Sumber : Kontan