Diluar Dugaan, Menurut Itung-itungan Militer China Bisa Habisi Amerika

Jumat, 05 Maret 2021 | 12:40
Xinhua

Diluar Dugaan, Menurut Itung-itungan Militer China Bisa Habisi Amerika

Sosok.ID - Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China bisa berujung pada perang.

Kedua negara memang tak ada yang mau mengalah dimana memandang perang adalah satu-satunya jalan keluar.

Maka bisa dipastikan apa yang terjadi selanjutnya ialah amuk api pertempuran.

Seorang profesor maritim memprediksi, China dipediksi memiliki keunggulan lebih atas militer AS dalam potensi konflik di Asia-Pasifik.

Baca Juga: Dulu Hampir Pinang Mayangsari, Rumah Tangga Pengusaha Kaya Ini Kandas Usai Kepergok Belikan Istri Bambang Trihatmodjo Mobil Mewah

Lyle Goldstein, profesor riset di Institut Studi Maritim China Naval War College, mengatakan AS kemungkinan akan kalah dalam pertarungan pertama dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).

MelansirExpress.co.uk,ketegangan antara Washington dan Beijing telah berulang kali terjadi seiring dilakukannya latihan angkatan laut di perairan Asia yang disengketakan selama setahun terakhir. China marah atas dukungan AS terhadap Taiwan dan kehadirannya di Laut China Selatan.
Goldstein memperingatkan, kemenangan China itu sangat masuk akal dan tidak ada jaminan kemenangan bagi AS di fase pertama.

Meskipun banyak ahli yang mengajukan variasi skenario konflik China dan AS, Goldstein menambahkan semuanya sangat menantang bagi Washington.

Baca Juga: Lawan China, Filipina Beli Rudal Maut Kembaran dengan Indonesia

"Saya pikir China sekarang memiliki kekuatan yang memadai, termasuk udara, rudal, peperangan elektronik, operasi spek, angkatan laut, bawah laut dan nuklir untuk kemungkinan menang di fase pertama dan mungkin di fase berikutnya juga," papar Goldstein seperti yang dikutipExpress.co.uk.

Berbicara kepadaNewsweek, Goldstein mengatakan persenjataan China cukup penting sehingga membuat negara itu unggul atas AS.

Namun dia mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan Beijing lebih unggul atas AS. Pertama, geografi yang menguntungkan. Kedua, kemauan yang lebih besar atau kepentingan inti. Ketiga, kemauan untuk menyerang lebih dulu.

Goldstein kemudian merujuk pada titik api ketegangan AS/China, termasuk Taiwan dan Laut China Selatan.

Baca Juga: Nikah Cuma Incar Harta, Poroti Suami sampai Miskin, Seminggu Setelah Pernikahan Model Ini Layangkan Gugatan Cerai

James E. Fanell, pensiunan kapten Angkatan Laut AS yang menjabat sebagai direktur Intelijen dan Operasi Informasi untuk Armada Pasifik AS, juga mengatakan kepada Newsweek bahwa China telah mengejar kekuatan militer AS.
“Selama dua dekade terakhir, RRT telah mengubah keseimbangan kekuatan militer di seluruh Indo-Pasifik. Di luar produksi Angkatan Laut AS dalam jumlah kapal perang dengan kecepatan empat banding satu, Pasukan Roket Strategis PLA telah menempatkan kapal induk AS dalam risiko dengan menerjunkan rudal balistik anti-kapal induk DF-21D dan DF-26," jelas Fanell.

Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk mempertahankan kedaulatan Taiwan dan menantang agresi China di Laut China Selatan.

Pada bulan Februari, kapal perusak berpeluru kendali USS Russell berlayar dalam jarak 12 mil laut dari Kepulauan Spratly di Laut China Selatan, yang hampir semuanya diklaim oleh Beijing sebagai wilayah kedaulatannya.

Baca Juga: Sampai Berujar Takut 'Dipanggil', Detik-detik Ashanty Kritis dan Dilarikan ke Rumah Sakit, Azriel: Bunda Napasnya Udah Bener-bener Dikit Banget

"Operasi kebebasan navigasi ini menjunjung tinggi hak, kebebasan dan penggunaan yang sah atas laut yang diakui dalam hukum internasional dengan menantang pembatasan yang melanggar hukum pada bagian tidak bersalah yang diberlakukan oleh China, Vietnam, dan Taiwan," jelas Letnan Joe Keiley, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS.

Seorang juru bicara PLA memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa operasi tersebut secara serius melanggar kedaulatan dan keamanan China, sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional, dan dengan sengaja mengganggu suasana damai, persahabatan, dan kerja sama di Laut China Selatan.(*)

Sumber : Kontan

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : kontan

Baca Lainnya