Kisah Sosok Pendiri Masjid Istiqlal, Demi Bisa Bangun Bangunan Monumental Sampai Niat Pelajari Wudu dan Shalat, Begini Ceritanya!

Kamis, 25 Februari 2021 | 16:32
kompas.com

Kisah Sosok Pendiri Masjid Istiqlal, Demi Bisa Bangun Bangunan Monumental Sampai Niat Pelajari Wudu dan Shalat, Begini Ceritanya!

Sosok.ID -Masjid Istiqlal adalah salah satu bangunan monumental bangsa Indonesia yang cukup tersohor.

Ternyata dalam proses pembangunannya, ada banyak cerita menarik di dalamnya.

Salah satunya adalah kisah sang pendiri Masjid Istiqlal yang memilih untuk belajar cara Wudu dan Shalat demi bangun bangunan monumental tersebut.

Meski mengalami proses renovasi yang selesai pada Januari 2021, ciri khas Masjid Istiqlal tidak hilang.

Baca Juga: Geger Video Pengendara Mobil Tiba-tiba Berhenti di Tengah Jalan Lalu Sebar Bergepok-gepok Uang Tunai ke Warga, Diduga Berikan Sumbangan untuk Pembangunan Masjid

Baca Juga:Al Aqsa Dalam Kondisi Sangat Rentan, Kepala Penjaganya Disengsarakan Israel Setelah Rumahnya Diratakan dengan Buldoser dengan Dalih Ini

Kubah masjid tetap berdiameter 45 meter, melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia.

Masjid tetap ditopang 12 tiang yang melambangkan hari kelahiran Nabi Muhammad, 12 Rabiul Awal.

Istiqlal juga memiliki empat lantai balkon dan satu lantai dasar. Kelima lantai ini melambangkan lima rukun Islam serta jumlah sila dalam Pancasila.

Adalah karya bertajuk "Ketuhanan" rancangan Friedrich Silaban, yang membentuk itu semua.

Baca Juga: Sedang Khusyuk Pimpin Salat, Imam Masjid Tiba-tiba Dipukuli Emak-emak Pakai Balok Kayu, Pelaku Dendam Kesumat Suaminya Dinikahkan dengan Wanita Lain

Silaban memenangi sayembara mencari arsitek Masjid Istiqlal pada Juli 1955.

Ketua juri sayembaranya Presiden Soekarno sendiri.

Dalam proses merancang Masjid Istiqlal, Silaban mengalami konflik batin.

Ia adalah seorang Kristen.

Namun, status agamanya tidak mengganjal Silaban untuk andil dalam proyek besar bangsa.

Baca Juga: Citra Satelit Tunjukkan Ribuan Masjid Uighur Hancur Dibantai Otoritas China, Investigasi Temukan Puluhan Kuburan Remuk Sisa Kerangka

(Sindunata/KOMPAS)
(Sindunata/KOMPAS)

Arsitek Friedrich Silaban (kiri) bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Ir Sutami, sedang mengamati bangunan Masjid Istiqlal.

Silaban menjawab tantangan Soekarno. Ia sungguh-sungguh dan berkonsentrasi mempelajari penugasannya.

"(Silaban) mendalami berbagai berbagai hal terkait ibadah umat Islam, termasuk kegiatan berwudu, shalat berjamaah, kiblat, dan berbagai ritual khusus yang diharapkan hadir di Masjid Istiqlal," tulis Setiadi Sopandi dalam bukunya Friedrich Silaban.

Keterlibatan sentral seorang umat Nasrani dalam perencanaan masjid berskala nasional menjadi momen yang mendamaikan saat itu.

Sejak dulu hingga sekarang, media kerap menjadikan fakta ini sebagai simbol toleransi dan keberagaman.

Baca Juga: Ditinggal Suami Pergi ke Masjid untuk Salat Subuh, Istri Diam-diam Selundupkan Satpol PP ke Rumah, Akhirnya Ketangkap Basah Oleh Warga

Arsitektur modern dalam karya Silaban

Pembangunan Masjid Istiqlal ditandai dengan peletakan batu pertama pada 24 Agustus 1961.

Rahil Muhammad Hasbi dan Wibisono Bagus Nimpuno dalam jurnalnya "Pengaruh Arsitektur Modern pada Desain Masjid Istiqlal" menulis, desain Masjid Istiqlal dipengaruhi oleh aliran arsitektur modern.

Arsitektur modern di Indonesia diperkenalkan oleh arsitek-arsitek Belanda.

Sementara Silaban pernah bekerja dengan pemerintah kolonial Belanda di Bureau van Openbare Werken (BOW).

Baca Juga: IRT Gebuki Imam Masjid dengan Balok Saat Pimpin Salat Dzuhur, Dendam karena Nikahkan Suaminya dengan Wanita Lain

"Sehingga, ketika dia mendesain Masjid Istiqlal sangat terasa pengaruh dari arsitektur modern tersebut," tulis Rahil dan Wibisono.

Sementara itu, Setiadi Sopandi dalam bukunya Friedrich Silaban menulis, karya Silaban sederhana dan tegas.

"Silaban memang piawai dalam menggambar. Garis-garisnya tegas, tebal tipis menyampaikan pesan dengan efektif dan gamblang," tulis Setiadi.

Monumentalis dan keanggunan kolom-kolom tinggi menjulang secara tepat disampaikan lewat gambar-gambar karya Silaban.

Oleh sebab itu, karya Silaban memenangi sayembara serta mampu meyakinkan Soekarno dan para juri.

(Kompas)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya