Berasa di Ujung Tanduk saat Tahu China Dibacking Rusia Kembangkan Rudal Hipersonik, AS Koar-koar 3 Tahun Sanggup Bikin Senjata Tandingan

Selasa, 29 Desember 2020 | 13:00
Ilustrasi/nationalinterest.org via Intisari Online

Ilustrasi Rudal Hipersonik

Sosok.ID - Kemesraan China dengan Rusia belakangan mulai membuat Amerika Serikat (AS) dan negara lainnya resah.

Terlebih lagi, China belakangan dikabarkan kerja sama dengan Rusia mengembangkan rudal hipersonik yang bikin Amerika Serikat (AS) keringat dingin.

Berasa di ujung tanduk dengan rudal hipersonik China-Rusia, Amerika Serikat (AS) mulai gencar bujuk negara lain untuk membuat senjata tandingan.

Melansir pemberitaan Intisari Online, belakangan kekhawatiran akan meletuskan perang dunia III semakin terasa.

Baca Juga: Sampai Ranking di Atas Kertas pun Jomplang, Inilah Perbandingan Kekuatan Militer Taiwan dengan China, Belum Pecah Perang Sudah Merugi

Adanya kekhawatiran tersebut membuat negara-negara yang terlibat konflik nyaris saban hari mengembangkan senjata.

Berdalih menjaga keamanan, negara-negara tersebut terus berperang diam-diam melalui kemajuan teknologi persenjataan militer.

Salah satu adalah senjata militer yang paling ditakuti, senjata hipersonik.

Meski kenyataannya paling ditakuti, senjata hipersonik adalah salah satu persenjataan militer yang paling gencar dikembangkan oleh negara-negara terlibat.

Baca Juga: Keciduk Armada Tiongkok Terabas Masuk Laut China Selatan dengan Kapal Perusak, AS Balik Ngotot Koar-koar Kapalnya Tak Didepak China

Dilansir Sosok.ID dari Express.co.uk via Intisari Online, Selasa (29/12/2020) baru-bari ini outlet media Jerman memberitakan bahwa China tengah bekerja sama dengan Rusia mengembangkan senjata hipersonik.

Media tersebut bahkan menyebut senjata kembangan China dan Rusia itu bakal jadi 'mimpi buruk' bagi keamanan Eropa.

Mengutip Intisari Online, seorang jurnalis di Die Welt, Gerhard Hegmann menyebut bahwa senjata hipersonik China-Rusia ini adalah bentuk 'ancaman' kepada Eropa.

Menurut Gerhard Hegmann kemampuan dan kekuatan senjata hipersonik nyaris sulit untuk disaingi terlebih lagi dihindari.

"Dengan munculnya senjata hipersonik, rantai peringatan tentang peluncuran rudal dan sistem rudal anti-balistik jadi tak berguna dan waktu untuk bereaksi jadi berkurang secara drastis," kata Gerhard Hegmann seperti yang dikutip Sosok.ID dari Intisari Online, Selasa (29/12/2020).

Baca Juga: China Ujug-ujug Dikabarkan Perkuat Kekuatan Militer, Isu Perang Dunia III Bakal Pecah Makin Santer Terdengar

Menurut Hegmann, ketakutan terhadap persenjataan Rusia ini terlihat jelas di pangkalan militer AS di Ramstein, Jerman.

Hegmann mengatakan pangkalan militer AS bahkan langsung disiagakan ketika Rusia melakukan uji rudal balistik antarbenua (ICBM).

Dikutip Sosok.ID dari Intisari Online, Selasa (29/12/2020) melihat kerjasama Rusia dan China, AS berkomitmen untuk mengejar ketinggalan.

Departemen Pertahan AS mengumumkan bahwa di awal tahun ini pihaknya akan mendirikan pangkalan baru guna mengembangkan senjata hipersonik tandingan.

Senjata hipersonik tandingan ini digadang-gadang bakal menyaingi rudal milik Rusia dan China dalam waktu 3 tahun.

Baca Juga: Jegal Gerak Tiongkok di Laut China Selatan, AS Mulai Aktifkan 'Rantai Laut' Berkekuatan Rudal yang Membentang dari Jepang Sampai Indonesia

Demi mewujudkan hal tersebut, Amerika Serikat juga mengajak Australia untuk mengembangkan hal yang sama.

Menariknya, menurut analis keamanan Jerman, Rusia sama sekali tidak peduli dengan kemajuan persenjataan militer AS.

Persenjataan militer Rusia dinilai akan selalu lebih maju dari AS.

Baca Juga: Keringat Dingin Lihat China Petantang-petenteng Masuki Zona Pertahanan Udara Dibuntuti 15 Pesawat Rusia, Korsel Langsung Kirim Jet Tempur

Pasalnya, menurut para analis, Rusia telah berhasil mengembangkan sistem rudal S-500 Prometey untuk menjegal senjata hipersonik.

Sergei Surovikin, komandan Pasukan Dirgantara Rusia, mengatakan akan mampu menghancurkan senjata hipersonik di ruang dekat Bumi.

(*)

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber : Intisari Online, Express UK

Baca Lainnya