Sosok.ID - Amerika Serikat (AS) menegaskan jika mereka bisa saja melakukan gerakan agresif menekan China.
Gerakan yang dimaksud ialah manuver tempur di sekitaran laut China.
Jelas ini adalah tantangan perang AS kepada Beijing.
Beijing sendiri juga sudah melakukan hal yang sama.
Namun tentara Xi Jinping masih malu-malu kucing saat melakukan aksi balasan.
Kenapa? ya mereka masih takut sama AS lantaran kekuatan beda jauh.
Terlebih jika berani head to head, PLA Navy pasti kalah duluan dari US Navy.
Armada China masih bisa terjungkal di hadapan US Navy yang punya bekingan Sekutu.
Ketegangan di Laut China Selatan semakin memanas setelah Angkatan Laut AS mengatakan akan mengerahkan drone baru miliknya. Langkah ini merupakan upaya untuk memastikan kesiapan AS jika konflik terjadi di wilayah yang disengketakan.
MelansirExpress.co.uk, AS dan Beijing telah terlibat dalam perang mulut di Laut China Selatan selama bertahun-tahun. Belakangan, ada kekhawatiran besar akan konflik di wilayah yang dijuluki perairan termahal di dunia tersebut.
"Kami sedang mempersiapkan untuk awal 2021 agar dapat menjalankan masalah pertempuran armada yang berpusat pada (teknologi) tak berawak. Drone itu akan ada di laut, di atas laut, dan di bawah laut saat uji coba nanti," jelasnya.
MenurutEurasiantimes.com, keputusan tersebut dielu-elukan sebagai "terobosan besar" bagi AS. Operasi pelatihan secara rutin terjadi di perairan, oleh semua negara yang mengklaim wilayah tersebut.
Angkatan Laut AS secara teratur menjalankan masalah pertempuran armada, yang memungkinkan militer untuk menguji bagaimana mereka akan mengerahkan pasukannya jika konflik meletus.
AS juga dilaporkan membutuhkan dana sekitar US$ 2 miliar untuk memproduksi 10 kapal permukaan tak berawak selama lima tahun ke depan. Permintaan ini masih mendapat tantangan dari Kongres.
China mengklaim hampir semua Laut China Selatan yang strategis. Negara lain yang memperdebatkan hak mereka atas perairan termasuk Brunei, Indonesia, Taiwan dan Filipina.
Di antara kekhawatiran banyak pakar politik atas perselisihan yang sedang berlangsung ini adalah kemungkinan bahwa peningkatan patroli dari kapal Angkatan Laut AS dapat menyebabkan konflik yang tidak disengaja.
Profesor Oriana Skylar Mastro, dari Universitas Georgetown merinci dengan tepat bagaimana hal ini dapat memicu ketakutan konflik ketika dia berbicara dengan Dewan Hubungan Luar Negeri tahun ini.
"Saya pikir ada beberapa faktor yang menunjukkan jika China tidak dapat mencapai tujuannya, upaya mengendalikan perairan China Selatan dapat meningkat. AS bisa bertindak lebih tegas, menyebabkan agresi di pihak China. Ada kemungkinan bahwa China akan sampai pada kesimpulan bahwa cara diplomatik untuk menangani situasi tersebut tidak berhasil," papar Mastro kepadaExpress.co.uk.(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Laut China Selatan panas lagi, AS peringatkan China lewat pengerahan drone"