Sosok.ID - Taiwan menjadi masalah paling tidak stabil dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS).
Sekali saja ada ketidakseimbangan politik di Taiwan, bisa dipastikan AS akan kena efeknya, baik entah buruk.
Jika sudah demikian maka AS mau tak mau harus memperkuat barisan perangnya di Taiwan.
Penguatan ini untuk menangkal agresi China ke Formosa.
Karena sekali China menyerang, maka AS akan melawan Beijing diberbagai kawasan Indo-Pasifik.
Sebuah Palagan perang besar akan terjadi yang dimulai dari serangan China ke Taiwan.
Dan benar saja kali ini AS sudah ancang-ancang akan memperkuat Taiwan.
Armda tempur akan segera dikirim ke Taipei.
Penasihat militer Presiden AS terpilh Joe Biden, Jenderal Stanley McChrystal, telah memperingatkan bahwa waktu AS hampir habis untuk melawan upaya China untuk menyerang Taiwan.
MelansirExpress.co.uk, Jenderal McChrystal bertugas di bawah Presiden Barack Obama dan Wakil Presiden Biden hingga 2010. Kemudian, ia dipecat karena artikel Rolling Stone yang mengejek presiden terpilih saat ini.
McChrystal memperingatkan, China telah membuat dorongan besar untuk meningkatkan kapasitas militer. Oleh karenanya, dia mengatakan, AS perlu melawan upaya China untuk mencegah serangan terhadap Taiwan.
Express.co.ukmemberitakan, tahun ini dunia telah menyaksikan pasukan China melakukan latihan invasi di Laut China Selatan sebagai persiapan invasi ke Taiwan, selain latihan udara di atas negara pulau itu.
Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan berakhir, Taiwan dan AS telah menjalin hubungan yang lebih erat dalam upaya untuk mencegah upaya invasi militer China dengan kesepakatan dan kemitraan senjata bernilai multi-miliar dolar.
Mantan komandan pasukan AS dan NATO di Afghanistan itu berbicara kepada media Axios tentang meningkatnya ancaman serangan China di Taiwan.
McChrystal mengatakan, "Kapasitas militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) telah meningkat jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan orang lain."
Itu sebabnya, dia mendesak Presiden Terpilih untuk tidak menganggap enteng ancaman perang China.
“Perhatian saya adalah, kita bangun pada suatu pagi dan China baru saja melakukan serangan besar. Mereka baru saja menghujani Taiwan dengan roket," katanya seperti yang dilansirExpress.co.uk.
Pensiunan Jenderal itu juga mengutip pengembangan rudal hipersonik China sebagai perubahan utama dalam kemampuan militer mereka, dan mengatakan ini adalah "waktu yang tepat" bagi Washington untuk menanggapi ancaman tersebut.
McChrystal juga mempertanyakan apakah AS siap berperang untuk Taiwan yang berkonflik dengan China.
Pada pertengahan November, Jenderal McChrystal dan para ahli militer lainnya memberi pengarahan kepada Biden tentang keamanan nasional dan hubungan luar negeri saat ia bersiap untuk menjabat pada 20 Januari.
John Ratcliffe, Direktur Intelijen Nasional AS, menulis di Wall Street Journal: "Beijing bermaksud untuk mendominasi AS dan seluruh planet ini secara ekonomi, militer, dan teknologi."
Menyusul artikel tersebut, penjabat Ketua Komite Intelijen Senat Marco Rubio, dari Partai Republik, dan Wakil Ketua Mark Warner, dari Partai Demokrat, menyuarakan kekhawatiran atas kebangkitan China.
Dalam pernyataan bersama, mereka mengatakan: “Ini adalah momen penting kami dan kami harus berdiri tegak. Amerika Serikat tidak boleh dan tidak dapat menerima upaya Beijing untuk menggunakan dominasi, sambil mengabaikan norma hukum internasional dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang parah untuk mencapai tujuan mereka."(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Penasihat militer Biden: AS harus selamatkan Taiwan dari hujan rudal China"