Sosok.ID - Dalam Sidang Umum PBB ke-75, Sabtu (26/9/2020), Vanuatu menyoroti isu pelanggaran HAM yang terjadi di Papua.
Perdana Menteri Republik Vanuatu, Bob Loughman menyebut Indonesia hingga kini masih melanggar hak-hak rakyat Papua.
Ia pun meminta agar Indonesia mengizinkan Dewan HAM PBB mengunjungi Papua.
“Saya meminta pemerintah Indonesia untuk merespons seruan pemimpin Pasifik,” ujar Bob Loughman, dikutip dari Kompas.com.
Diketahui, Vanuatu merupakan negara asing yang selalu membawa isu pelanggaran HAM Papua dalam Sidang Umum PBB.
Diplomat muda perwakilan Indonesia Silvany Austin Pasaribu, dalam kesempatan tersebut lantas membalas seruan Vanuatu dengan reaksi keras,
“Anda bukanlah representasi dari orang Papua, dan berhentilah berfantasi untuk menjadi salah satunya,” kata Silvany menegaskan.
Namun sejatinya, Vanuatu dan rakyat Papua memiliki ras yang sama.
Hal tersebut diduga mendasari mengapa Vanuatu selalu vokal menyoroti isu kejahatan HAM di Papua.
Dilansir dari TribunWow.com, Kamis (29/10), Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya membeberkan alasan Vanuatu ikut campur terkait hal tersebut.
Dalam tayangan Youtube Akbar Faizal Uncensor, Senin (26/10/2020), Tantowi menyoroti kesamaan RAS menjadi alasannya.
Menurut Tantowi, berdasarkan sejarah yang panjang, Vanuatu dan provinsi paling Timur di Indonesia sama-sama memiliki ras Melanisia.
"Jadi orang Vanuatu itu rasnya sama betul dengan orang Papua, jadi orang Melanisia," ujar Tantowi Yahya.
Kesamaan itu tak bisa dipungkiri membuat Vanuatu merasa memiliki kedekatan tersendiri dengan rakyat Papua.
"Jadi menurut sejarah, ras Papua itu sekitar 6 ribu tahun lalu itu mereka melakukan eksplorasi ke banyak tempat di wilayah pasifik."
"Mereka ini kemudian berhenti dan bermukim di beberapa wilayah yang pertama Solomon Island dan Vanuatu," jelasnya.
"Jadi penduduk dari tiga negara di pasifik ini sama persis dengan orang Papua," kata Tantowi Yahya.
Tantowi bahkan menyebut Vanuatu sudah seperti orang Papua yang merantau.
Ikatan dan benang merah antar keduanya dapat dikatakan sedekat itu.
"Saya bisa sebut bahwa mereka adalah orang Papua yang merantau. Jadi itulah yang membedakan ketiga negara ini dengan negara-negara pasifik lainnya," terangnya.
Baca Juga: Kekejaman HAM Prabowo Disorot Internasional, Sandiaga Uno Pasang Badan: Tidak Ada Bukti!
"Mereka ada ikatan batin yang sangat kuat, lama, satu ras."
Selain itu, negara di kepulauan Samudera Pasifik itu sangat ingin membantu Papua yakni dikarenakan deklarasi presiden pertama mereka, George Kalkoa.
"Yang kedua pada waktu Vanuatu ingin merdeka pada tahun 1980 Presiden pertama dari Vanuatu itu membuat semacam deklarasi," jelas Tantowi.
"Dia berkata bahwa bangsa Melanisia belum benar-benar merdeka jika masih ada bagian dari kita yang masih terjajah."
"Itu mengapa Vanuatu paling kenceng kalau teriak soal Papua," pungkas Tantowi Yahya. (*)