Sosok.ID - Raja Thailand Maha Vajiralongkorn baru-baru ini dikabarkan dilarikan ke rumah sakit secara diam-diam.
Dilansir Sosok.ID dari Daily Mail, ia dilarikan ke rumah sakit pukul 2 pagi waktu Thailand setelah salah satu pengawalnya dinyatakan positif Covid-19.
Vajiralongkorn di rawat di Bangkok sebelum bertolak ke rumah sakit pada Rabu dini hari, lapor surat kabar Jerman, Bild.
Surat kabar itu sebelumnya telah banyak membongkar kehidupan Vajiralongkorn yang diketahui sering menghabiskan waktunya di Jerman.
Seperti pada bulan Apri 2020 lalu, di mana surat kabar itu mengklaim bahwa Vajiralongkorn menyewa sebuah hotel mewah di Jerman untuk menjalani isolasi dari virus corona.
Dilansir Sosok.ID dari The Sun, kala itu, dikabarkan oleh Bild, memboyong 119 rombongan.
Mereka termasuk 20 selir dan beberapa pelayan.
Kala itu, kabar isolasi diri sang raja sempat membuat warga Negeri Gajah Putih berang.
Walaupun berisiko melanggar hukum lese-majeste, namun warga Thailand saat itu ramai-ramai mengecam tindakan rajanya di media sosial.
Sekadar informasi, hukum lese-majeste adalah hukum kuno yang berisi peraturan soal protes terhadap raja.
Isinya, bagi siapa pun yang menghina atau mengkritik kerajaan terancam hukuman penjara selama 15 tahun.
Setelah kabar itu berlalu, baru-baru ini dikabarkan bahwa seorang penjaga Vajiralongkorn tertular virus corona setelah rombongan kerajaan terbang kembali ke Thailand.
Namun, alasan raja tetap dirawat du rumah sakit hingga kini belum diketahui.
Staf medis juga dilaporkan dipaksa tutup mulut soal kondisi kesehatannya.
Dikatakan bahwa tidak ada seorang pun dalam rombongan raja yang dikarantina saat salah satu pengawalnya dinyatakan positif Covid-19.
Rombongan itu termasuk istri raja, Ratu Suthida, dan putra mereka sekaligus pewaris tahta kerajaan, Pangeran Dipangkorn, yang berusia 15 tahun.
Kepulangan rombongan raja itu sendiri bertepatan dengan protes anti-pemerintah dan bentrokan antara kaum royalis pro-demokrasi di Bangkok.
Para pengunjuk rasa ingin mengurangi kekuasaan raja di bawah konstitusi, yang secara khusus memungkinkan raja untuk menjalankan kekuasaan ketika dia berada di luar Thailand tanpa menunjuk seorang bupati.
Tuntutan mereka juga termasuk penghapusan kendali langsungnya atas kekayaan kerajaan senilai puluhan miliar dolar.
Meskipun media Jerman sering meliput tindakan raja di Jerman, detail kehidupannya di sana tidak dimuat di media Thailand.
(*)