Sosok.ID -Paranormal Mbah Mijan, membuat sebuah unggahan yang dinilai publik mencurigakan.
Unggahan Mbah Mijan menampilkan tanggal cantik beruntun di tahun 2020.
Dalam keterangan di unggahannya, ia menyebut tulisannya tak berarti apapun.
Namun ia meminta masyarakat untuk waspada agar tak kecolongan dengan tragedi-tragedi yang disebutkannya.
Lalu, prediksi apa saja yang membuat Mbah Mijan khawatir dengan tanggal tersebut?
Dikutip Sosok.ID, dilansir dari Instagram @mbahmijan, Sabtu (19/9/2020), tertulis sejumlah peristiwa penghinaan yang bakal terjadi di Indonesia.
"Lupakan gambar berikut, ini hanya digit biasa," tulis Mbah Mijan, Jumat (18/9).
"Mbah sedang curiga dengan sebuah pengkondisian jangka pendek dan jangka panjang," lanjutnya.
Menurut penerawangannya, Mbah Mijan melihat sebuah tragedi bakal terjadi di Indonesia.
Hal ini disebabkan ramainya pemberitaan tentang penghinaan-penghinaan lambang negara dengan cara mengerikan yang terjadi baru-baru ini.
"Kejadian pengguntingan bendera merah putih, pembakaran, penginjakan, hingga dioles darah haid secara sengaja, sungguh membuat Mbah curiga," tulisnya.
Ia lantas meminta masyarakat agar waspada dan mengawal kejadian-kejadian tersebut.
"Semua pihak harus hati-hati dan waspada, jangan sampai kecolongan. Kita harus saling mengingatkan dan berbagi kode tak kode kode," tutup Mbah Mijan.
Postingan itu menuai beragam reaksi dari netizen. Tak sedikit yang memilih untuk berpikiran positif.
Mereka berharap di tanggal yang disebutkan Mbah Mijan, virus corona yang menggebuk tatanan kehidupan Tanah Air agar tak lagi ada.
Rupanya tak cuma di Instagram, Mbah Mijan juga membuat postingan serupa di sosial media Twitter.
Namun kali ini ramalan Mbah Mijan langsung didebat oleh seorang netizen dengan nama pengguna @Real_Adian_syah.
"2.0.2.0.1.1.2.2 "TRAGEDI"," tulis Mbah Mijan di unggahan akun Twitternya.
Cuitan Mbah Mijan ditanggapi netizen bernama Adi. Ia menyayangkan tulisan Mbah Mijan yang dianggap mampu menggiring ketakukan orang-orang.
Padahal menurutnya, ramalan tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Terlebih dalam hal ini Mbah Mijan menggunakan kata "tragedi" yang berkonotasi buruk.
"Bung @mbah_mijan. Tragediitu kata NEGATIF. 22 11 2020, berapapun, sama dgn hari2 yg lain. Semua baik2 sj. Tdk usah bikin isu2 ginian, apalagi semacam 'ramalan' yg tdk bisa dipertanggungjawabkan akurasinya," tulis netizen yang diduga bernama Adi tersebut.
Alih-alih membuat ramalan yang justru menimbulkan ketakutan, Adi meminta Mbah Mijan untuk mengatakannya secara spesifik.
Jika memangprediksitersebutdiyakini Mbah Mijanbenar, Adi berharap terawanganitu disampaikan lebih jelas agar mampu membantu aparat penegak hukum.
"Zaman sdh bisa VideoCall masih meramal2 kayak di abad pertengahan saja@. mbah_mijan klo meramal jgn nanggung. Yg spesifik sj: Tragedi apa. Biar bs bantu aparat."
"Itu jg angka2 dibikin acak & menyebut tragedi, pdhal setiap hari ada ribuan Tragedi yg terjadi. Bakal cocokologi itu. Nanti Tragedi emak2 dipukul suami aja akan dikaitkan dgn 'ramalan' itu.
Mereka yg katanya bs lihat masa depan & makhluk halus, selalu berkata scr umum. Misal: "Tahun depan akan terjadi Banyak bencana banjir." Terus tahun depan terjadi banjir di kota2 besar yg mmg jd langganan banjir di setiap musim hujan.
Mereka bakal bilang: "Sdh sy prediksi" Atau salah satu contoh ramalan yg bikin geli: "Tahun depan akan ada perceraian artis"
Trus kejadian deh ada artis cerai, rame2 bilang: "Wah hebat, sdh diramalkan sm Tuan A".
Padahal itu mah gak butuh kemampuan meramal. Artis2 cerai itu sdh biasa terjadi setiap tahun. Bahkan bulan. Coba @mbah_mijan bikin ramalan yg spesifik.
"Bulan sekian akan terjadi aksi besar yg akan menimbulkan korban seorang pejabat bla2 krn bla2." Atau "Bulan sekian akan ada seorang artis yg cirinya gini gini cerai disebabkan krn bla2" Klo Umum, sgt rentan Cocokologi. Apa hebatnya?," tutup akun @Real_Andian_syah.
Sayangnya, pendapat netizen tersebut ditanggapi Mbah Mijan dengan nada yang menyinggung.
Mbah Mijan menyebut Adi adalah orang baru yang tak mengenalnya, bahkan ia menyebut netizen tersebut terlalu banyak berkomentar seperti menulis koran. (*)