Saat Peluru Terobos Jamaah Menuju Soekarno yang Khusyuk Shalat, Sniper Kondang NII Bingung Bayangan Bapak Proklamator Berpindah-pindah

Sabtu, 12 September 2020 | 11:13
Bangkapos.com via Intisari

Soekarno menjadi sasaran pembunuhan saat sholat Idul Adha.

Sosok.ID- Melihat catatan sejarah puluhan tahun silam, upaya penyerangan terhadap tokoh-tokoh pemerintahan kerap terjadi.

Bahkan Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno berkali-kali menjadi target pembunuhan.

Namun penyerangan terhadap Sang Putra Fajar berkali-kali pula gagal.

Salah satu upaya pembunuhanyang dialami Soekarno yakni saat melaksanakan sholat Idul Adha.

Baca Juga: Ideologi Komunis Dibenci Oleh Indonesia, Tapi Persahabatan dengan Korea Utara Begitu Kuat, Ternyata Ini Penyebabnya!

Dalam buku Soekarno Poenja Tjerita terbitan Bentang tahun 2016, penyerangan itu terjadi pada 14 Mei 1962.

Kala itu Sanusi diperintah Kartosoewiryo yang merupakan pimpinan Negara Islam Indonesia (NII) untuk membunuh Soekarno.

Kartosoewiryo sendiri sebenarnya adalah teman Soekarno saat masih kos di Gang Peneleh, Surabaya.

Mendapat perintah, Sanusi menunggu momen yang tepat untuk melaksanakannya.

Dia memilih momen Idul Adha karena diketahui penjagaan Istana tidak begitu ketat.

Baca Juga: Ibu Negara Pertama Republik Indonesia, Penjahit Bendera Sang Saka Merah Putih, Begini Kisahnya Mendukung Ir Soekarno Sebelum Proklamasi Kemerdekaan

Sehari sebelum upaya pembunuhan Soekarno

Dalam autobiografi Mangil berjudul Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967, Minggu pagi 13 Mei 1962 Mangil Martowidjojo, Komandan Kawal Pribadi Soekarno kedatangan Komandan Pengawal Istana Presiden, Kapten CPM Dachlan.

Kapten Dachlan menyampaikan ada upaya pembunuhan dari kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terhadap Presiden Soekarno di Hari Raya Idul Adha.

Pasalnya pada 14 Mei 1962 Soekarno akan melaksanakan sholat Ied di halaman Istana dengan beberapa tokoh agama, dan terbuka bagi siapa saja.

Baca Juga: Sudah Niat Bantu Malaysia Bom Jakarta, Inggris Langsung Ngacir Saat Tahu Soekarno Punya 1 Senjata Ini

14 Mei 1962

Pagi buta, Mangil sudah datang ke tempat Soekarno akan melaksanakan sholat berjamaah, semua sudut diperiksa Mangil dan anak buahnya.

Mangil merencanakan enam pos dengan masing-masing ditempati dua pengawal demi mengantisipasi serangan bersenjata dari luar.

Peserta sholat Ied mulai berdatangan dan baris atau saf diatur.

Disebutkan Mangil mendapat informasi dari Kepala Rumah Tangga Istana Soehardjo Hardjowardojo siapa saja yang ada di barisan pertama hingga keempat.

Baca Juga: 4 Presiden Indonesia Ini Selalu Guncangkan Dunia Internasional dengan Prestasinya, Ternyata Ketiganya Lahir di Bulan Juni, Begini Karakteristik Orang Lahir di Bulan Keenam!

Baris pertama diisi oleh Soekarno dan personel Angkatan Darat. Begitu pula baris kedua hingga keempat diisi personel militer dan kepolisian.

Sementara anak buah Mangil tersebar berselang-seling di belakang Soekarno.

Mangil dan Sudiyo menempatkan diri di depan presiden menghadap orang-orang yang sholat demi keamanan.

Baca Juga: Bagaimana Perayaan Lebaran Sebelum Indonesia Merdeka? Kisah Soekarno Muda Ini Gambarkan Tradisi Idul Fitri Jaman Penjajahan!

Bayangan Soekarno bergeser-geser

Pada rakaat kedua sholat Ied yang awalnya tenang berubah jadi kacau.

Saat rukuk, terdengar teriakan takbir disusul suara tembakan. Sanusi menembakkan pistol ke arah Soekarno.

Beruntung, peluru tersebut gagal meluncur ke arah Soekarno.

Kendati demikian, sejumlah jamaah salat Idul Adha mengalami luka akibat tertembak di bahu dan punggung.

Baca Juga: Terungkap! Indonesia Lahir Pada Bulan Ramadhan, Tapi Salah Satu Proklamator Tak Puasa di Hari Kemerdekaan Itu!

"Penembakan yang dilakukan dari jarak sekitar 7 meter (penembak berada di saf ketujuh), meleset," begitu penjelasan dalam buku itu.

Hal ini terlihat mustahil lantaran Sanusi merupakan penembak jitu alias sniper andalan DI/NII.

"Jalan kematian memang bukan kuasa manusia," tulis buku itu.

Namun, berdasarkan pengakuan Sanusi, pandangannya mendadak kabur saat akan menembak.

Baca Juga: Salinan Surat Wasiat Soekarno Soal Harta Karun Bikin Heboh, Istri Ketujuh Bung Karno Ungkap Fakta Sesungguhnya di Balik Warisan Miliaran Rupiah Milik sang Proklamator yang Tersimpan di Swiss

Yang dilihatnya adalah bayang-bayang sosok Soekarno yang bergeser-geser, dari satu posisi ke posisi lain.

"Karena itulah, tembakannya pun menjadi ngawur," tambah buku tersebut.

Dalam sidang, Sanusi Firkat alias Usfik, Kamil alias Harun, Djajapermana alias Hidajat, Napdi alias Hamdan, Abudin alias Hambali, dan Mardjuk bin Ahmad Dijatuhi hukuman mati.

Selain menangkap mereka, pemerintah saat itu juga berhasil menangkap Kartosoewiryo.

Kartosoewiryo ditangkap tentara Siliwangi saat bersembunyi di dalam gubuk yang ada di Gunung Rakutak, Jawa Barat, 4 Juni 1962.

Baca Juga: Digadang-gadang Bakal Jadi Pesaing Terkuat Gibran dalam Pilkada Solo 2020, Artis Ibu Kota Ini Ternyata adalah Seorang Pangeran Sekaligus Cucu Bung Karno

Vonis mati dijatuhkan kepada Kartosoewiryo.

Soekarno menolak grasi mantan sahabatnya itu, sehingga Kartosoewiryo pun tetap dieksekusi mati.

Meski begitu, Soekarno bertanya kepada regu tembak pasca eksekusi itu dilakukan.

"Bagaimana sorot matanya? Bagaimana sorot mata Kartosoewiryo? Bagaimana sorot matanya?" tanya Soekarno.

Mendapatkan pertanyaan itu mereka pun menjadi bingung

Baca Juga: Gegara Unggahan Dul Jaelani, Maia Estianty Dibuat Kaget Saat Menyadari Putra Bungsunya Sangat Mirip dengan Pahlawan Bangsa yang Menjadi Guru Bung Karno Ini : Jangan-jangan...

Meski demikian, seorang ajudan spontan menjawabnya.

"Sorot mata Kartosoewiryo tajam. Setajam tatapan harimau pak," jawabnya.

Mendapatkan jawaban seperti itu, Soekarno lantas bernafas lega, dan melempar tubuh ke sandaran kursi.

Tak lama setelah itu, Soekarno pun mendoakan keselamatan arwah Kartosoewiryo.

(Muflika Nur Fuaddah)

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Kisah Ketika Bung Karno Ditembak Saat Salat Dari Jarak 7 Meter Tapi Meleset, Penembak: Bayangan Bung Karno Bisa Pindah-pindah Posisi.

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Intisari Online

Baca Lainnya