Sosok.ID - Cinta memang bisa membuat seseorang kehilangan akal sehatnya.
Seseorang yang sedang dimabuk asmara bahkan tak jarang melakukan hal-hal nekat yang mengancam nyawanya.
Seperti yang terjadi dalam kasus gadis yang satu ini.
Ia nekatmelakukan aksi bakar diri setelah tak bisa menelepon pacarnya karena ponselnya disita oleh ibunya.
Dilansir Sosok.ID dari Mirror, wanita bernama D Hashini Piumika (20) itu menyiramkan minyak tanah ke tubuhnya.
Sebelum akhirnya menyulut tubuhnya dengan api di Puttalam, Sri Lanka.
Menurut outlet berita nasional Dinamina, Hashini bertemu dengan seorang pria.
Tetapi ibunya tidak setuju dan meminta Hashini mengakhiri hubungannya dengan pria itu.
Ibu Hashini telah berulang kali meminta putrinya untuk memutuskan pacarnya itu.
Tetapi Hashini malah terus-terusan berbincang mesra dengan kekashihnya itu melalui ponselnya.
Karena itu lah, ponsel Hashini kemudian disita dan disembunyikan oleh ibunya, lapor Dinamina.
Menurut outlet tersebut, pada 20 Agustus 2020, pertengkaran sengit terjadi di antara ibu dan anak itu.
Hashini meminta poselnya dikembalikan tetapi sang ibu bersikukuh untuk tak mengembalikannya.
Saat itu lah, Hashina kemudian dilaporkan membakar dirinya sendiri.
Setelah melakukan aksi bakar diri, Hashini sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Chilaw.
Tetapi sayang, nyawanya tidak dapat diselamatkan karena luka-luka bakar yang menyelimuti tubuhnya.
Hashini akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada keesokan harinya.
Departemen kepolisian Chilaw sedang menyelidiki kematian Hashina.
Tidak ada informasi lebih lanjut, apakah Hashini benar-benar bermaksud untuk bunuh diri.
Atau apakah aksinya itu hanya sekadar untuk menakut-nakuti ibunya karena frustasi.
Dalam beberapa dekade terakhir, Sri Lanka mencatat salah satu tingkat bunuh diri di dunia.
Dengan pelaku bunuh diri wanita terbanyak nomor dua setelah China.
Sebagian besar dari data tersebut terkonsentrasi di daerah pedesaan dan kalangan miskin.
Namun, sejak pergantian abad, angkanya terus menurun secara signifikan.
Bahkan, belakangan ini angkanya menurun mencapai level terendah dalam 30 tahun, menurut sebuah study.
(*)