Sosok.ID - Ketenganan sedang menyeruak di Laut China Selatan saat ini di masa pandemi virus corona.
Banyak armada militer dari berbagai negara berjejakan di lautan yang berada membentang luas di Selatan China sampai ke Asia Tenggara tersebut.
Namun tetap yang menjadi sorotan adalah kapal-kapal induk Amerika Serikat (AS) yang berjejakan di pintu masuk laut China Selatan.
Kapal-kapal berukuran besar tersebut membawa sekitar 65 persen prajurit kelautan AS bersama mereka dan sejumlah armada perang.
Hal tersebut diklaim sebagai aksi perdamaian atas tindakan-tindakan China pada negara-negara yang berbatasan langsung di perairan tersebut.
Konflik dan konfrontasi pun tak bisa dielakkan, namun perang seperti belum terlihat dari kejauhan.
Hanya ancaman demi ancaman yang dilontarkan kedua belah pihak.
Yang terbaru adalah unjuk gigi militer China dengan peluncuran rudal DF-26 yang diklaim bisa hancurkan kapal induk AS dengan sekejap.
Namun serangan pada militer AS tersebut diurungkan oleh China karena satu ucapan presiden Tiongkok, Xi Jinping.
Meskipun AS adalah salah satu negara yang disebut miliki armada perang luar biasa, ditambah lagi dengan bantuan beberapa negara seperti Jepang dan Inggris.
Memenangkan pertempuran di laut China Selatan disebut oleh banyak pakar akan mustahil dilakukan.
Mengingat kesiapan militer China di kawasan tersebut telah mencapai titik puncak dan tinggal menunggu komando.
Pemimpin redaksi media China, Global Times, Hu Xijin dalam tulisannya mengatakan, jika menyangkut kepentingan inti China, Taiwan, misalnya, melewati batas atau garis merah China, karena didorongan AS dan mengarah pada pertarungan militer, maka pada saat itu akan ada adu kekuatan.
"Siapa yang berada di atas angin dalam situasi itu? Itu adalah kombinasi dari kekuatan militer ditambah moralitas ditambah keinginan untuk bertempur," tulisnya.
Karena itu, Xijin mengatakan, AS harus diingatkan untuk menjauhkan diri dari kepentingan inti China. Jangan bermain-main dengan api di lepas pantai China, jangan benar-benar memicu konflik atas Taiwan, dan jangan berlebihan di Laut China Selatan.
"Jika pemerintahan Trump hanya ingin menciptakan ketegangan China-AS untuk membantu kampanye pemilihan ulangnya, dan tidak benar-benar siap untuk pertarungan militer, maka berhati-hatilah selama beberapa bulan ke depan, dan jangan melangkah terlalu jauh," tulis Xijin.
Xijin mengatakan, China jelas tidak menginginkan perang.
Maka ia menyarakan agar dalam situasi apa pun militer Tiongkok tidak boleh melepaskan tembakan pertama.
Tapi ia yakin China akan bersiap dengan baik untuk melepaskan tembakan kedua sebagai respons terhadap tembakan pertama. (*)