Australia Memang Petantang-petenteng Tantang China, Tapi Indonesia Juga Harus Siap Siaga, Senjata Negeri Kanguru Disinyalir Dapat Ratakan Seluruh Wilayah NKRI

Selasa, 04 Agustus 2020 | 09:13
CSIS/AMTI/Digital Globe/Reuters

Pembangunan di pulau karang Fiery Cross di Kepulauan Spratly, menurut citra satelit yang direkam pada 9 Maret 2017, yang dirilis oleh Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI).

Sosok.ID - Belakangan Laut China Selatan tengah menjadi perhatian Internasional.

Sebab, konflik yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China kian memanas di perairan yang menyimpan harta karun berlimpah tersebut.

Selain ditentang oleh AS, kini China kembali ditentang oleh Australia.

Australia telah mengirim deklarasi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Jumat 24/7 lalu yang nyatakan mereka menolak klaim maritim China di Laut China Selatan.

Baca Juga: Perang Dunia Ketiga Digadang-gadang Bakal Meletus di Laut China Selatan, Ahli Beberkan Simulasinya, Sebut Tiongkok Bakal Ungguli AS karena Alasan Ini

Dengan ini Australia resmi menjadi negara selain AS yang menentang tindakan China di Laut China Selatan.

Dalih kedua negara ini adalah tindakan China tidak sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS 1982).

"Australia menolak klaim China untuk hak bersejarah atau hak dan kepentingan maritim sebagaimana ditetapkan dalam praktik panjang sejarah di Laut China Selatan," kata Australia dalam deklarasi yang mereka ajukan ke PBB seperti dikutip Reuters.

Australia juga mengatakan, tidak menerima pernyataan China bahwa kedaulatannya atas Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly "mendapat pengakuan secara luas dari masyarakat internasional", mengutip keberatan dari Vietnam dan Filipina.

Baca Juga: Mantan Menlu Malaysia Cium Gelagat Aneh dari Sikap Acuh Pemerintah Negeri Jiran di Tengah Konflik AS-Tiongkok yang Kian Memanas di Laut China Selatan, Padahal Negara Lain Sudah Kebakaran Jenggot

Cina mengklaim 90% perairan yang berpotensi kaya energi.

Hal itu bertentangan dengan kepentingan Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim bagian-bagiannya di Laut China Selatan.

Sekilas memang tindakan AS dan Australia terlihat seperti membantu dan melindungi ASEAN dari pencaplokan sewenang-wenang China.

Namun perlu diingat, tidak ada makan siang gratis di dunia ini, yang artinya pastinya kedua negara tersebut memiliki kepentingan sendiri di wilayah Pasifik.

Baca Juga: Dipaksa Tutup Mulut, Ahli Virologi China Pertaruhkan Nyawa untuk Bongkar Kelakuan Pemerintah Tiongkok yang Diklaim Sengaja Tutupi Virus Corona

Ada alasan kuat mengapa Australia dan AS mulai harus perkuat posisi mereka di Laut China Selatan.

Alasan utamanya adalah China, yang kebangkitan militernya dipastikan menyingkirkan hegemoni AS di wilayah itu.

Namun rupanya bagi Australia, kebangkitan Indonesia sama pentingnya.

Bahkan, kebangkitan militer Indonesia menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan bagi rencana militer Australia.

Baca Juga: Negara ASEAN Makin Kepepet, Tiongkok Makin Keranjingan Buru Kapal Negara Lain yang Coba-coba Keruk Sumber Daya di Laut China Selatan

Sehingga seorang analis mengatakan Australia tidak hanya perlu senjata yang bisa tenggelamkan kapal-kapal ribuan kilometer dari pantai mereka.

Namun mereka juga harus tingkatkan kemampuan target darat yang jangkauannya terhitung jauh.

Penulis seri Strategist di Australian Strategic Policy Institute, Marcus Hellyer menjelaskan ada dua pencegahan kemajuan militer negara lain yang bisa diterapkan Australia untuk menghadapi ancaman yang bisa muncul.

Australia bisa mencegahnya dengan menghukum mereka atau membuat biaya perkembangan militer itu terlalu mahal bagi mereka, sehingga harga yang fantastis membuat mereka berpikir dua kali untuk mengembangkan militernya.

Baca Juga: Pantas Kapal China Getol Bolak-balik, Rupanya Peraiaran Natuna Simpan 'Harta Karun' Bernilai Fantastis Selain Sumber Daya Ikan dan Alam yang Indah

Hukuman mungkin bisa diterapkan untuk menarget teritori China, tetapi Hellyer jelaskan jika China tidak akan mudah percaya jika Australia akan lakukan itu.

Pasalnya, jika dihukum, Beijing akan merespon dengan cara yang jauh lebih buruk.

Kebangkitan militer di wilayah China adalah simbolisme politik yang sangat dramatis sampai hampir menjamin akan terjadi konflik oleh China.

Sebaliknya, China juga punya kontrol untuk menetralkan ketegangan yang hampir terjadi.

Baca Juga: China Sampai Dibuat Terkesan, Inilah Rahasia Kekuatan Militer India yang Digadang-gadang Bisa Ungguli Rusia dan Amerika

Australia akan sadar akan kontrol China tersebut, sehingga Australia harus bergerak lebih cepat menggunakan logika "segera gunakan atau nanti akan kehilangan".

Namun, berargumen dengan China terkait sanksi yang akan diterapkan jika China nakal akan sebabkan ketidakstabilan dan krisis berkepanjangan.

Sehingga, walaupun Australia memiliki senjata dengan jangkauan 4000 km sangatlah problematis, bahkan untuk lakukan pendekatan pencegahan dengan strategi penolakan.

Senjata sekuat itu sebabkan ambiguitas atau makna ganda, karena bisa digunakan untuk serang lapangan terbang jet tempur tetapi Australia bisa dengan mudah menjadi target serangan nuklir.

Baca Juga: Sekalipun Mati-matian Tingkatkan Kekuatan Militernya, Tingkok Diklaim Tak Akan Bisa Kalahkan Amerika di Laut China Selatan, Sosok Ini Bongkar Alasannya

Senjata sejauh 4000 km akan keluarkan China dari jangkauan serangan itu, sehingga tunjukkan jika Australia tidak menghukum China secara langsung.

Namun, pulau-pulau buatan yang dikatakan menjadi milik China akan terkena, dan itu tentu membuat China berang.

Lebih lagi, senjata yang jarak serangnya 4000 km itu akan sangat kuat bisa menghancurkan Indonesia.

Sam Roggeveen, penulis lain untuk Australian Strategic Policy Institute, sebutkan mengapa Jakarta penting untuk tidak dijadikan target serangan Australia.

Baca Juga: Seolah Tak Kapok Makan Hewan Liar hingga Sebabkan Pandemi Covid-19, China Kembali Jadi Sorotan Usai Ditemukan Ratusan Kucing Curian yang Siap Dijadikan Santapan, Merintih Kesakitan Sambil Berjubel di Dalam Kandang Berkarat yang Sempit

Saat Indonesia lemah, Australia dapat suka-suka kembangkan jet tempur F-111 tanpa mendapat serangan balasan dari Jakarta.

Namun, kekuatan militer Indonesia semakin kuat setiap harinya, tengah abad ini dikatakan kekuatan militer Indonesia akan bangkit, sampai bisa kirim rudal jarak jauh sendiri.

Sehingga bagi Sam Roggeveen, dalam menyatakan pernyataannya Australia harus tegas tidak akan berikan ancaman untuk Jakarta.

Australia harus menangkan hati Indonesia, dan jika ada rudalnya yang menyerang salah satu pulau di Indonesia, maka tentunya Indonesia akan siap menyerang balik.

Baca Juga: Dipaksa Tutup Mulut, Ahli Virologi China Pertaruhkan Nyawa untuk Bongkar Kelakuan Pemerintah Tiongkok yang Diklaim Sengaja Tutupi Virus Corona

Perkembangan senjata Australia

Pertimbangan ini sangat disayangkan, karena melansir abc.net.au, Australia telah menjadi negara kedua pengimpor senjata di bawah Arab Saudi.

2018 lalu, Australia gelontorkan uang tidak sedikit untuk membayar jet tempur baru seperti Jet Tempur Serangan Gabungan dan proyek Kapal Selam Masa Depan dari Perancis.

Perdana Menteri Scott Morrison sendiri telah putuskan habiskan uang banyak di bidang pertahanan dan keamanan selama krisis ekonomi nasional.

Baca Juga: Jegal Gerak Tiongkok di Laut China Selatan, AS Mulai Aktifkan 'Rantai Laut' Berkekuatan Rudal yang Membentang dari Jepang Sampai Indonesia

Ia mengatakan kepada Akademi Pasukan Pertahanan Australia, jika Australia berada di tengah ketegangan militer berat.

(Maymunah Nasution)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Berkoar-koar Tantang Tiongkok, Australia Simpan Senjata Mematikan yang Bisa Luluh Lantakkan Indonesia tanpa Perlu Repot Hadapi Serangan Balasan

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber : Intisari Online

Baca Lainnya