Sosok.ID - Warga Desa Buangin, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), menerima kabar duka pada Senin (27/7/2020) pagi.
Kepala Desa mereka, Pelipus yang rencananya akan membagikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk warga, ditemukan meninggal dunia.
Jasad Pelipus menggantung di pohon kopi. Ia meninggalkan surat wasiat menyayat hati untuk keluarga yang ditinggalkannya.
Melansir Tribun Timur, kejadian bermula kala Pelipus hendak menyalurkan BLT tahap ketiga di Kantor Desa, di Dusun Buangin.
Pelipus berboncengan dengan keponakannya Alber menuju lokasi.
Namun di tengah perjalanan, Pelipus minta diturunkan di salah satu jembatan dengan alasan ingin buang air besar.
Ia lantas meminta keponakannya untuk melanjutkan perjalanan.
Sejumlah warga dan pihak camat Rantebulahan Timur menunggu kehadiran Pelipus.
Namun ia tak kunjung datang, sehingga mereka yang menunggu mulai resah dan mencari keberadaan Pelipus.
Tak lama kemudian, Pelipus ditemukan tergantung dengan kabel microphone di sebuah pohon kopi sekira pukul 10.00 WITA.
"Pertama kali saya temukan, saya langsung kaget. Tapi saya tidak langsung sentuh. Saya kembali melaporkan ke camat," ucap warga yang menemukan Pelipus, Teopilus.
Beberapa sumber menyebut bahwa Pelipus membawa uang sebanyak Rp 24 juta sebelum ditemukan tewas.
Uang itu berada dalam tas untuk disalurkan kepada warga.
Namun sumber lain menyebut Pelipus pergi tanpa sebuah tas.
Sementara itu, Alber sang keponakan yang masih tak menyangka bahwa buang air besar adalah ucapan terkahir Pelipus mengatakan, ia tak melihat tas yang dimaksud.
"Saya tidak lihat tasnya, yang ada itu saya punya tas yang saya taruh di depan," ujar Alber.
Pesan untuk Pak Camat
Rupanya, sebelum memutuskan bunuh diri, Pelipus sempat memberikan pesan untuk Camat Rantebulahan Timur, Elim Tupa'langi.
Menurut Erim, sebelum meninggal dunia Pelipus sempat berniat untuk membangun Desanya dengan tulus.
Pelipus berpesan bahwa setelah persoalan di desanya tuntas, ia akan mengabdi untuk Buangin.
"Setelah dimediasi dengan mahasiswa dua hari yang lalu, dia sepakat membangun Desa Buangin," kata Camat.
Pelipus, sempat didemo oleh mahasiswa karena diangap tak transparan masalah dana.
Surat wasiat untuk keluarga
Tak lama setelah kepergian Pelipus, seorang kerabat yang juga aparat di desanya bernama Gunawan, menemukan sederet pesan untuk keluarga yang tertulis dalam tinta hitam.
Gunawan menemukan surat wasiat tersebut di lemari milik Pelipus.
Baca Juga: Mati dengan Bergaya, Foto Bunuh Diri Terlarang Ini Malah Buat Pemirsanya Kagum
Diketahui, Pelipus memiliki seorang istri bernama Elsi dan dua anak bernama Arga dan Dirga.
"Pesan-pesan saya buat keluarga, kiranya apa yang terjadi pada saat ini tidak mempengaruhi hubungan atau tekanan keluarga." bunyi surat Pelipus.
"Untuk istri tercinta (Elsi) jaga baik-baik Arga sama Dirga, sekolahkan dengan baik, maafkan aku yang belum bisa membahagiakan.
Buat ananda Arga/Dirga, sekolah yang baik agar tidak mengulang apa yang dilakukan bapak kalian, jangan sekali-kali masuk jalur politik karena tidak sesuai dengan ajaran agama kita.
Kalau kalian sudah besar nanti, jaga baik-baik ibu kalian kasihi dan sayangilah, maafkan saya, saya melakukan semuanya ini dengan sangat terpaksa karena lebih baik saya berdosa hanya satu kali lagi, dari pada tiap hari melakukan kebohongan hanya karena terpaksa.
Selamat tinggal semuanya, aku akan pergi untuk selamanya. Harapan saya semoga desa saya, daerah yang saya cintai lebih maju dan masyarakat akan sejahtera.
Sekali lagi, bagi semua masyarakat saya, mohon maaf yang sebesar-besarnya atas perbuatan saya selama ini yang kurang berkenan di hati saudara-saudaraku.
Terima kasih atas dukungannya selama saya menjalankan pemerintahan saya, kiranya Tuhan mengampuni akan semua kesalahan yang terjadi selama ini dan tidak akan menjadi batu sandungan bagi pemimpin seluruh lapisan masyarakat untuk membangun kampung tercinta ini," tulis Pelipus. (*)