Sosok.ID - Belakangan wabah virus corona kembali mewabah di Beijing.
Wabah yang menyebabkan Ibu Kota Tiongkok harus di-lockdown kembali itu ditemukan dari talenan ikan salmon di sebuah pasar.
Melansir dari South China Morning Post, peneliti dari Universitas Harvard menyebut kemungkinan virus tersebut berasal dari Asia Tenggara atau Asia Selatan.
Penelitian yang belum ditinjau tersebut didasarkan pada data sekuensing genetik dari tiga jenis virus.
Tiga jenis itu, dua di antaranya diambil dari pasien dan satunya dari lingkungan.
Penelitian ini pun telah dipublikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Gerog Hahn, rekan riset dengan Departemen Biostatistik Harvard T.H. Chan School of Public Health, dan timnya membandingkan gen-gen ini dengan lebih dari 7.000 sekuens seluruh genom yang dilaporkan dari seluruh dunia.
Mereka kemudian menemukan fakta bahwa ketiga strain itu merupakan bagian dari kelompok yang sebagian besar beredar di Eropa.
Namun, baru-baru ini dilaporkan "hampir secara eksklusif" di zona tropis Asia.
"Kasus-kasus baru di Beijing diperkenalkan kembali oleh transmisi dari Asia Selatan (timur)" antara April dan Juni, Hahn dan rekan-rekannya mengatakan dalam sebuah makalah yang diposting di server pracetak bioRxiv.org pada hari Selasa.
Kalster infeksi baru muncul di Beijing pada 11 Juni 2020 setelah Ibu Kota Tiongkok melaporkan nol kasus selama hampir dua bulan berturut-turut.
Lebih dari 7 juta orang di Beijing telah dites sebagai upaya untuk mengendalikan wabah.
Sejauh ini, ditemukan 326 kasus yang sebagian besar berhubungan dengan pasar makanan grosir.
Di Wuhan, tempat virus pertama kali dilaporkan pada Desember 2019, kasus awal juga berhubungan dengan pasar makanan.
Wu Zunyou, kepala ilmuwan CDC China mengatakan bahwa kemiripan tersebut bisa menjadi petunjuk tentang asal muasal wabah.
Kasus di kedua kota "terkonsentrasi di kawasan yang menjual makanan laut", katanya kepada China News Service, Senin.
"Urutan genetika menunjukkan virus di Beijing tidak mungkin berasal dari hewan, juga bukan berasal dari strain yang lazim seperti sebelumnya."
CDC China mengatakan dalam sebuah laporan pekan lalu bahwa strain yang ditemukan dalam wabah di Beijing akhir-akhir ini merupakan hasil impor.
Virus itu kemungkinan dibawa ke pasar oleh seseorang yang terinfeksi atau terbawa melalui makanan yang terkontaminasi dari luar negeri.
Yang Peng, seorang peneliti dari Pusan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Beijing mengatakan kepada media lokal bahwa penyelidikan mereka menuju "ke arah Eropa".
Tetapi Wu Guizhen, kepala Institut Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Viral mengatakan strain yang ditemukan di Beijing memiliki dua "mutasi asing".
Satu mutasi mrip dengan yang pertama kali muncul di Eropa dan lainnya pertama kali dilaporkan di Inggris sevelum menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika.
Mutasi-mutasi itu telah terdeteksi di Tiongkok pada bulan Maret, dari para pelancong yang kembali dari luar negeri, kata Wu kepada surat kabar resmi Science and Technology Daily, Jumat.
Dia menambahkan bahwa strain yang ditemukan di Beijing secara genetik lebih tua daripada yang beredar di Eropa saat ini.
Menambah kerumitan bagi para penyelidik, direktur CDC China Gao Fu mengatakan kepada Beijing Daily bulan lalu bahwa virus itu mungkin ada di pasar makanan Beijing selama satu atau dua bulan sebelum wabah.
Virus itu diperkirakan lebih suka suhu rendah, dan Gao mengatakan bisa saja "bersembunyi" di lingkungan pasar yang dingin, lembab, dan gelap.
Tetapi menurut seorang peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan China, kemungkinan besar wabah itu disebabkan oleh "peristiwa yang cukup baru, kemungkinan pada bulan Juni".
Peneliti tersebut merupakan bagian dari tim yang telah menganalisis lebih dari 60.000 urutan genetik virus dalam basis data global.
Mereka menemukan lebih dari 200 jenis virus terkait erat dengan sampel dari Beijing.
"Itu berarti mereka bisa datang dari mana saja," kata peneliti, yang meminta anonimitas karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Dan dengan kurangnya sampel yang memadai dan pengurutan yang tersedia dari banyak bagian dunia, ada "peluang yang cukup baik" strain bisa datang dari tempat di mana tidak ada data, katanya.
Peneliti itu mengatakan kesimpulan tidak dapat dicapai tentang asal-usul strain Beijing karena "kasus-kasus di Asia Selatan mungkin telah bepergian dari daerah lain".
(*)