Bentrokan India-China di Perbatasan Berpotensi Jadi Awal Peperangan Besar Asia Timur Raya Jilid II

Selasa, 23 Juni 2020 | 12:42
Xinhua

Bentrokan India-China di Perbatasan Berpotensi Jadi Awal Peperangan Besar Asia Timur Raya Jilid II

Sosok.ID - Ketika Kekaisaran Jepang menyulut perang dengan Amerika Serikat (AS) tahun 1945, tak ada yang menyangka banyak negara di Asia yang kena getahnya.

Bahkan Papua Nugini yang tak ada urusannya pun dengan perang yang dijuluki Asia Timur Raya itu malah jadi arena laga kedua pihak.

Kali ini potensi peperangan besar bisa terjadi lagi dengan China sebagai aktor utamanya menggantikan Kekaisaran Jepang masa lalu.

Pakar politik internasional menilai, pertempuran yang terjadi antara India dengan China di perbatasan pada pekan lalu bisa merembet ke Laut China Selatan.

Baca Juga: Sedih Anaknya Sudah Lama Tak Mabuk, Seorang Ibu Bawakan Lem untuk Diisap di Dalam Sel, Polisi: Alasannya Kasihan

Menurut Profesor Kent E. Calder, Direktur Pusat Studi Asia Timur Reischauer di SAIS, bentrokan perbatasan India-China dapat memberikan konsekuensi global yang lebih luas serta memperburuk hubungan AS-China.

Mengutip The Sunday Guardian, Calder mengatakan bahwa pakar dunia prihatin tentang potensi konflik antara dua negara raksasa bersenjata nuklir (India dan China). Akan tetapi, mereka menilai prospek untuk peningkatan eskalasi lebih lanjut antar keduanya sangat rendah.

Calder menjelaskan, karena China dan India merupakan dua kekuatan global dan dua negara terpadat di dunia, bentrokan yang terjadi secara alami memiliki beberapa implikasi internasional.

"Ini meresahkan pasar keuangan, khususnya di Asia sendiri, yang selalu peka terhadap risiko. Implikasinya terbatas, bagaimanapun, oleh lokasi yang relatif terpencil di Lembah Galwan di tengah-tengah Ladakh, dan fakta bahwa persenjataan normal tidak digunakan," paparnya kepada The Sunday Guardian.

Baca Juga: Detik-detik Gagahnya Prajurit TNI Kibarkan Bendera PBB, Sengaja Gantung Senjata Demi Cegah Perang Tank Markava Israel di Perbatasan Lebanon

Dia menambahkan, jika ada peningkatan konflik yang signifikan, semisal dengan penggunaan persenjataan yang lebih kuat, atau wabah paralel di sepanjang bagian lain dari garis gencatan senjata Sino-India yang panjang, dampaknya terhadap global tidak diragukan lagi akan sangat signifikan.

Saat ditanyakan apakah bentrokan di perbatasan Ladakh akan merembet ke Laut China Selatan, Calder menjawab bahwa dia telah melihat ketegasan China yang lebih besar di Laut Cina Selatan seperti saat melawan atas Malaysia dan Vietnam, dan di Hong Kong dengan Hukum Keamanan Nasional.

Nah, peran mediator dinilai sangat penting dalam situasi seperti sekarang.

"Apakah kita melihat lebih banyak gema tergantung pada apa yang terjadi selanjutnya di Himalaya. Singapura lebih suka menjadi mediator yang tenang daripada menjadi pemimpin anti-China. Saya tidak melihatnya melawan China secara terbuka. Singapura memiliki ahli strategi yang cerdik, kepemimpinan yang kuat, dan kontak internasional yang luas, serta ekonomi yang sangat kuat dan militer yang kuat untuk negara-negara kecil dengan penduduk kurang dari enam juta penduduk," paparnya.

Baca Juga: Terkuak Biang Kerok Dibalik Kisruhnya Krisdayanti dengan Aurel dan Azriel, Mbak You Beri Peringatan Pada KD yang Terlalu Bucin dan Disetir Raul Lemos Sampai Korbankan Hati Anak-anaknya

Dia menilai, Singapura mampu memimpin ASEAN meskipun memimpin dari belakang, seperti mengatur konsensus ASEAN, dan kemudian mengkomunikasikannya kepada para pemimpin di seluruh dunia. "Singapura dapat memainkan peran mediasi penting dengan China, dan secara halus dapat menghambat kemajuan China, tetapi itu saja. Peran proaktif yang lebih terbuka kemungkinan besar akan menjadi milik India," urainya.

Sementara itu, mengutip The Guardian, beberapa analis percaya bahwa agresi di perbatasan India adalah respons terhadap tekanan domestik ini, dari seorang pemimpin yang putus asa untuk tidak terlihat lemah pada kedaulatan nasional.

"Saya merasa umumnya ini merupakan respons terhadap tekanan yang dirasakan Xi," kata Taylor Fravel, direktur program studi keamanan di Massachusetts Institute of Technology.

“Karena Covid dan kritik yang dihadapi China secara internasional, krisis ekonomi di dalam negeri, dan kemunduran yang terjadi pada hubungan Tiongkok-AS, (Beijing) mengambil sikap keras terhadap sejumlah masalah kedaulatan sebagai cara memberi sinyal bahwa China tidak akan takut," kata Fravel kepada The Guardian.

Baca Juga: Setinggi Langit Sanjung Masakan Syahrini, Reino Barack Sesumbar Seluruh Masyarakat Indonesia Wajib Icip Mahakarya Istrinya, Seenak Apa Sih?

Seruan boikot

Mengutip Indian Express, Minggu (21/6/2020), pemerintah India tengah berupaya menekan Beijing dengan mendorong warganya melakukan boikot pada barang-barang buatan dari China. Wacana memulai perang dagang dengan China juga mulai disuarakan publik India.

Menteri Persatuan India, Ramdas Bandu Athwale, meminta masyarakat tak pergi ke restoran yang menjual makanan China tanpa pengecualian, meski pemiliknya maupun kokinya adalah seorang warga negara India. Seruan boikot juga menggema untuk mencegah warga India membeli barang elektronik dari pabrikan China.(*)

Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Pertempuran di perbatasan India-China dapat merembet ke Laut China Selatan"

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : kontan

Baca Lainnya