Bukan Xi Jinping Maupun Mao Zedong, China Bisa Duduki Posisi 2 Negara dengan Perekonomian Terbesar Dunia Berkat Orang Ini

Kamis, 21 Mei 2020 | 12:13
LI GANG / XINHUA

Bukan Xi Jinping Maupun Mao Zedong, China Bisa Menempati Posisi 2 Negara dengan Perekonomian Terbesar Dunia Berkat Orang Ini

Sosok.ID - Orde Lama Indonesia pastilah amat akrab dengan nama Mao Zedong.

Mao Zedong merupakan bapak bangsa pendiri Republik Rakyat China yang terkenal akan kebijakan kolektif Marxisme-Leninisme-Maoisme.

Ia merupakan tokoh terpenting dalam sejarah modern China.

Bahkan presiden China saat ini, Xi Jinping disebut-sebut sebagai Reinkarnasi dari Mao yang kesohor menjadi lawan tangguh Kapitalisme.

Baca Juga: Rugi Bandar! Terlanjur Gelontorkan Rp 1,4 Miliar, Kakek 70 Tahun Ini Menyesal Seumur Hidup Usai Menikahi Gadis Kuliahan

Namun China bisa sekuat sekarang baik dari segi militer maupun perekonomiannya bukan karena kedua sosok diatas.

Mengutip Kompas.com, Rabu (20/5/2020) jika melihat China sekarang maka warga disana pastilah setuju nama Pemimpin Generasi Kedua China Deng Xiaoping adalah orang yang amat berjasa.

Berjasa karena dirinya mengubah wajah China dari negara Sosialis menjadi Komunis Rasa Kapitalis karena kebijakannya yang memang liberal.

Merunut history.com dan Kompas.com, Deng Xiaoping lahir 22 Agustus 1904 di Sichuan.

Dirinya mulai dikenal sebagai pejuang Revolusi saat dirinya mengenyam pendidikan di Prancis pada tahun 1920.

Baca Juga: Mengejutkan, AS Akui Bakal Digulung China Jika Konfrontasi Bersenjata Meletus Antar Kedua Negara

Di Prancis itulah Deng berkenalan dengan pejuang revolusi yang nantinya akan menggulingkan kekuasan Feodal Kekaisaran China macam Zhou Enlai, Nie Rongzhen, Cai Hesen dan Zhao Shiyan yang membentuk sebuah perkumpulan untuk pembebasan China.

Ia lantas kembali ke China dan bergabung dengan Partai Komunis China (PKC) yang berpusat di Wuhan serta Shanghai.

Ternyata lawan Deng bukan hanya kekaisaran China saja, ia juga harus menyingkirkan gerakan nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai Shek.

PKC menang dalam perang saudara melawan Kuomintang hingga Deng mendapat nilai lebih di mata Mao Zedong sebagai tokoh yang setia pada Maoisme.

Namun semuanya berubah ketika Mao Zedong melancarkan Revolusi Budaya 1966-1976.

Moderne Verden
Moderne Verden

Revolusi Budaya China 1966-1976, membuat negara itu mengalami kemunduran terburuk dalam sejarah

Revolusi Budaya sendiri ialah gerakan sosiopolitik dimana Mao ingin menyajikan ideologi Komunis yang benar menurut versinya untuk menyingkirkan sisa-sisa kapitalis di China.

Baca Juga: Rusia Mulai Proses Produksi Sukhoi Su-35, untuk Indonesia?

Revolusi itu juga membabat musuh-musuh politik Mao yang salah satunya ialah Deng karena menentang gerakan Revolusi Kebudayaan.

Sebab Revolusi Kebudayaan membuat perekonomian, politik dan tatanan sosial China mundur ke zaman batu.

Bayangkan rakyat disana saat itu untuk membeli bahan makanan utama berupa daging bebek dan babi saja tidak mampu.

Lahan untuk petani juga disita negara dan hanya Pusat saja yang memutuskan petani boleh menanam tanaman tertentu.

Deng saat Revolusi Kebudayaan tersebut bahkan mendapat penyerangan dari pendukung radikal Mao Zedong yang menamai dirinya Garda Merah/Pertahanan Merah.

Jabatannnya di PKC juga dilucuti dan Deng dicap sebagai antek kapitalis.

Selain itu Revolusi Kebudayaan juga menelan banyak sekali korban jiwa yang dianggap menentang PKC.

Usai tahun 1976, angin perubahan berhembus setelah Mao Zedong wafat.

Deng yang mendapat kepercayaan dari petinggi PKC Hua Guofeng untuk memulai kembali restrukturisasi China baru.

Baca Juga: Jokowi Dinilai Lelet Tangani Corona, Penanganan Covid-19 Indonesia Terburuk Se-Asia Tenggara

Usai itu Hua Guofeng menyerahkan segala tampuk kepeimpinan kepada Deng dan secara leluasa ia mengubah ekonomi China menjadi liberalis.

Deng mulai melucuti kebijakan-kebijakan Maois yang berkaitan erat dengan revolusi kebudayaan.

xinhuanet.cn
xinhuanet.cn

Deng Xiaoping, pemimpin besar China kedua yang membawa negerinya menjadi Naga sungguhan

Program Deng yang paling mengangkat China sebagai kekuatan dunia ialah Special Economic Zones/SEZ dimana Deng membuka pintu seluas-luasnya kepada pemodal asing agar rakyatnya bisa mendapat lapangan pekerjaan.

Atau gampangnya ialah perdagangan bebas China dengan negara-negara lain.

Warga China kemudian bekerja sebagai buruh namun lambat laun mereka 'mencuri' ilmu dan menabung modal hingga mampu mendirikan usaha dan perusahaannya sendiri.

Hanya butuh waktu 5 tahun bagi Deng mengubah perekonomian negaranya 180 derajat.

Buktinya pada 1981-1983 pertumbuhan perekonomian China mencapai 9,6 persen pertahun.

Contoh di Shenzhen tahun 1981-1984 pertumbuhan perekonomian di sana mencapai 75 persen setahun!

Baca Juga: Ditinggal Meleng Sebentar Suami Malah Main Serong dengan Gadis 15 Tahun,Wanita Ini Ngamuk Sampai Bondol Rambut sang Pacar Gelap

Sejak tahun 1976-1990, Deng menyulap China dengan program SEZ tadi dan menancapkan tonggak penting bagi perekonomoian China hingga bisa menggila seperti sekarang.

Secara tak langsung Deng membunuh Komunisme China karena ia percaya Sosialisme secara membabi buta hanya mendatangkan kemiskinan parah.

Meski demikian Deng secara pribadi menolak dirinya seorang kapitalis dan ia selalu menekankan dirinya ialah Komunis.

Ambigu memang karena kebijakannya bersifat liberal namun ia mengaku Komunis.

Kepemimpinan Deng bukannya tanpa cela, kesenjangan ekonomi merupakan efek samping SEZ tadi.

Tentu noda paling hitam dalam rezimnya ialah Peristiwa Berdarah Tianamen 1989. (Seto Aji/Sosok.ID)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com, history.com

Baca Lainnya