Sosok.ID - Menjadi tenaga medis dan unsur-unsur lain yang bersinggungan langsung dengan corona menjadi sebuah tanggung jawab besar.
Karena merekalah yang berada di garis depan memerangi virus ini.
Jelas mereka lebih mudah terpapar virus ini dibanding yang lainnya.
Tim pengantar jenazah dari PMI Jember sedang mempersiapkan mobil ambulans untuk mengantar jenazah.
Ada tiga orang yang bertugas, yakni Komandan Regu (Danru) GR, supir, BM, dan pendamping AR.
“Saya belum bisa diwawancara, ada panggilan mengantar jenazah Covid-19 secara mendadak,” kata GR pada Kompas.com, saat ditemui di kantor PMI Jember, Rabu (13/5/2020).
Menggunakan APD lengkap, tiga orang itu berangkat ke Kecamatan Jombang mengatar PDP Covid-19 yang meninggal dunia.
Menjadi tim pengantar jenazah memiliki cerita tersendiri.
Tiga orang itu dipilih untuk menjadi tim yang siap mengantarkan jenazah Covid-19.
“Awal ketika saya dapat informasinya dari ketua, saya langsung ajukan diri sebagai tim, saya siap berangkat,” kata GR, mengawali cerita, Jumat (15/5/2020).
Dia merasa, inilah waktunya untuk berbuat baik di tengah pandemik Covid-19.
“Ini kesempatan saya untuk melakukan yang terbaik untuk bangsa,” terang ayah dua anak tersebut.
Selanjutnya, mereka mengikuti pelatihan di RSD dr Seotomo Surabaya.
Mereka diberi pemahaman tentang teknis pengantar jenazah sesuai dengan protokol Covid-19 pada 14 April 2020.
“Tanggal 28 April, kami pertama kali mengantarkan jenazah PDP Covid-19,” aku dia. Saat itu, ada kekhawatiran tertular sehingga sangat berhati-hati.
Rasa khawatir itu hilang ketika mengingat mereka sudah menggunakan APD lengkap dan sesuai dengan prosedur.
Semua berjalan dengan lancar. Namun, para pengantar jenazah itu tidak langsung pulang ke rumah.
Mereka masih tetap khawatir ada penularan.
“Apalagi, kalau saya pulang, anak saya yang nomor dua langsung minta gendong,” ungkap dia.
Akhirnya, GR memilih baru pulang sehari setelah mengantar jenazah pasien Covid-19. “Hanya nelepon saja sama anak-anak, abi tidak pulang dulu ya,” tutur GR.
Istri hamil, pilih sembunyikan pekerjaan
GR sendiri menyembunyikan kegiatannya sebagai pengantar jenazah.
Sebab, istrinya sedang hamil empat bulan.
Baca Juga: Humas BPJS Kesehatan Mengenai Kenaikan Iuran : Ini Merupakan Salah Satu Wujud Gotong Royong
Begitu juga BM, driver ambulans, dia juga memilih menyembunyikan tugasnya yang sekarang karena istri sedang hamil.
“Saya tidak cerita ikut angkut jenazah, saya bercerita terjun di urusan Covid-19, seperti penyemprotan disinfektan dan sosialisasi,” kata dia.
Sampai sekarang, sang istri tidak mengetahui kegiatan GR yang mengantarkan jenazah.
Begitu juga dengan para tetangganya, mereka hanya mengerti GR memiliki kegiatan di PMI dalam urusan donor darah.
“Saya khawatir istri kepikiran dengan tugas yang sekarang, sehingga tidak cerita,” tambah BM, supir ambulans.
Para pengantar jenazah tersebut memiliki beban yang tidak ringan.
Sebab, komitmen awal mereka adalah memastikan mengantar dan merawat jenazah secara bermartabat sesuai keyakinan agama masing-masing.
“Jenazah sebelum dimakamkan, saya pastikan identitas agamanya,” terang dia.
Kalau beragama Muslim, maka prosedur pemakaman sesuai Islam harus dilakukan.
Seperti dimandikan, dikafani dan sesuai protokol Covid-19. Begitu juga dengan pemakaman agama lain, seperti Kristen.
“Sampai di pemakaman, saya pastikan pada keluarga dan warga yang mau menshalati sebelum dimakamkan,” tambah dia.
Kalau tidak ada yang menshalati, tim ambulans yang menshalati. Bahkan pernah melakukan hal itu sebanyak dua kali.
“Setelah dishalati, kami berikan pada petugas penggali pemakaman untuk menurunkan jenazah,” papar dia.
Bahkan, saat proses menurunkan jenazah ke kuburan, tim pengantar jenazah itu masih memastikan proses pemakaman secara benar.
Seperti memastikan posisi kepala menghadap ke arah mana sesuai ajaran Islam.
“Seperti kasus di Patrang, menggali kuburan tidak siku, akhirnya kami ambil alih diluruskan, biar peti masuk secara sempurna,” terang GR.
Ketika pemakaman selesai, para petugas itu pulang dan melakukan penyemprotan disinfektan, membuang APD, mandi dan lainnya.
“Semua APD satu kali pakai, langsung dibuang menjadi sampah medis,” kata dia.
Banyak hikmah
Selama pandemik Covid-19 ini, pengantar jenazah tersebut sudah empat kali mengantarkan jenazah.
Mulai dari 28 April dan 29 April 2020, kemudian 12-13 Mei 2020.
Selama mengantarkan jenazah tersebut, mereka mendapatkan banyak hikmah, terutama untuk terus berbuat kebaikan.
“Saya selalu ingat suatu saat kami pasti meninggal. Entah dengan cara normal atau terkena wabah,” ucap dia.
Dari kegiatanya, GR termotivasi untuk terus berbuat baik.
“Saya tidak pernah menunda permintaan jenazah, kalau mau dikuburkan, kami siap secara langsung,” ungkap dia.
Bahkan, saat GR sedang berada di Banyuwangi, lalu ada permintaan untuk mengantarkan jenazah Covid-19 , dirinya langsung kembali ke Jember.
“Pagi setelah subuh ditelepon oleh rumah sakit, saya tidak bilang di Banyuwangi, tapi bilang di Jember. Saya langsung berangkat ke Jember dan mengantar PDP,” pungkas dia.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pengantar Jenazah Covid-19: Rahasiakan Pekerjaan dari Istri yang Hamil dan Pengorbanan untuk Negara"