Sosok.ID– Memang virus corona menyebabkan duka mendalam bagi siapa saja.
Virus yang mudah menyebar ini sudah jadi Pandemi di dunia.
Bahkan di Indonesia sudah jatuh korban meninggal akibat virus ini.
Nyatanya, ada sedikit perbedaan dalam tata cara untuk memakamkan orang yang meninggal akibat patogen berbahaya.
Mantan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, berbagi video memilukan terkait jenazah korban virus corona yang akan dimakamkan.
Dari video berdurasi singkat itu, terlihat dua orang paramedis yang mengeluarkan jenazah dari sebuah mobil ambulance.
Dua paramedis itu menggunakan baju hazmat (hazardous materials), pakaian yang khas digunakan oleh paramedis sebagai APD (Alat Pelindung Diri) dari bahan berbahaya.
Paramedis yang mengangkut jenazah itu juga menggunakan masker, sarung tangan serta sepatu bot berwarna kuning.
Sementara itu, jenazah yang sudah terbujur kaku di atas tempat tidur beroda, dibungkus dengan kantung jenazah plastik berwarna oranye.
Tekait plastik oranye pembungkus jenazah, hal ini sempat disinggung oleh Ketua Tim Penanggulangan Bencana RSUP Dr. Kariadi, dr. RP Uva Utomo.
Hal itu terpaksa dilakukan, agar virus yang ada pada jenazah, tidak menular kepada petugas medis yang manangani selama proses pemakaman.
“Jadi, mayat itu dibungkusnya dengan plastik, kalau dengan kain masih ada pori-pori kecil, karena ukuran virus itu sangat kecil kan,”
“Kalau dengan plastik jadi tidak menyebar di udara," ujar Uva seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
Begitu pula diberlakukan bagi jenazah yang akan dikremasi, akan dibungkus dengan plastik kedap udara.
Alasannya adalah virus kategori airbone ini merupakan jenis virus yang media penularannya melalui udara.
Pemandangan ini jelas miris disaksikan, karena tak terlihat jenazah yang biasanya dibungkus kain kafan bagi kaum muslim, atau dibaringkan di dalam peti, bagi jenazah non muslim.
Selain itu, yang lebih memilukan lagi adalah, tak ada keluarga yang mengantar jenazah sampai ke liang lahat.
Tanpa ditandu oleh keluarga, jenazah hanya diantar oleh anggota paramedis yang diperkenankan mengantar.
Lewat captionnya, Triawan Munaf juga membubuhkan peringatan tajam bagi siapapun yang masih menganggap remeh penyebaran virus corona ini.
“Video ini sudah menjelaskan semuanya. Jangan menantang virus jahat ini,” tulis Triawan Munaf seperti dikutip oleh Grid.ID, Senin (23/3/2020).
“Kalau Anda tak ingin dimakamkan seperti ini, tanpa pengantaran dan dibungkus plastik.”
“Di rumah saja agar tidak tertular dan menularkan.”
“Rajin cuci tangan, karena virus corona bisa menempel di mana saja dan terkena tangan Anda.”
“Jaga jarak kalau ada tamu, karena virus masuk melalui mulut, hidung dan mata.”
Postingan ayahanda penyanyi Sherina Munaf itu langsung mendapatkan banyak komentar dari netizen.
Salah satu yang netizen, bahkan menyinggung perihal meninggalnya salah satu dokter yang namanya belakangan viral di dunia maya,dr. Hadio Ali Sp.S.
Nama dr. Hadio viral lantaran disebut-sebut sebagai salah satu paramedis di garda terdepan yang membantu pasien yang terpapar virus corona.
"Ananda dr. Hadio Ali Sp.S. dokter ahli syaraf, msh muda usia 34 th (anak sahabat kami) meninggal dunia ketika merawat pasien Covic19 di RS Persahabatan tadi pagi pukul 04.16 wib."
"Meninggalkan seorang istri dan 2 org anak yang masih balita."
"Sedih kami tidak bisa melayat, yang diperkenankan melihat hanya istri & orgtuanya saja. Semoga diberikan tempat yang mulia disisi Allah SWT," tulis pemilik akun @dianaakmalsyarif.
Adanya pasien Covid-19 yang meninggal dunia juga mendapat respons dari Kementerian Agama, khususnya dalam hal pengurusan jenazah.
Dalam keterangan tertulis yang dikutip oleh Grid.ID dari Kompas.com, Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan, jenazah pasien positif virus corona akan diurus oleh tim medis dari rumah sakit yang telah ditunjuk resmi oleh pemerintah.
Untuk jenazah muslim, Fachrul menjelaskan bahwa pengurusan jenazah tetap memerhatikan ketentuan agama yang berlaku serta menyesuaikan dengan petunjuk rumah sakit rujukan.
Fachrul meminta agar petugas mengikuti petunjuk sebagai berikut:
Pertama, sebelum memandikan/semayamkan jenazah, petugas perlu melindungi diri dengan memastikan keamanan dan kebersihan dirinya terlebih dahulu.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan: Mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, dan masker. Semua komponen pakaian pelindung harus disimpan di tempat yang terpisah dari pakaian biasa.
- Tidak makan, minum, merokok, maupun menyentuh wajah saat berada di ruang penyimpanan jenazah, autopsi, dan area untuk melihat jenazah.
- Menghindari kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh jenazah.
- Selalu mencuci tangan dengan sabun atau sanitizer berbahan alkohol.Jika memiliki luka, menutupnya dengan plester atau perban tahan air.
- Sebisa mungkin, mengurangi risiko terluka akibat benda tajam.
- Jika petugas mengalami luka tertusuk yang cukup dalam, segera bersihkan luka dengan air mengalir.
- Jika luka tusuk tergolong kecil, cukup biarkan darah keluar dengan sendirinya.
- Semua insiden yang terjadi saat menangani jenazah harus dilaporkan kepada pengawas.
Keempat, setelah seluruh prosedur perawatan dilakukan, semua bahan, zat kimia, ataupun benda lainnya yang tergolong limbah klinis harus dibuang di tempat yang aman.
Pemakaman Jenazah
Sementara proses pemakaman dapat dilakukan oleh pihak keluarga setelah mendapat petunjuk dari rumah sakit rujukan, tentunya dengan memakai alat pelindung diri.
"Petugas pemakaman tersebut harus memakai alat pelindung diri untuk petugas kesehatan, semacam jas hujan plastik, kemudian dimusnahkan selesai pemakaman," kata Fachrul.
Berikut petunjuk yang harus dilakukan:
Pertama, apabila jenazah dikubur, lokasi penguburan harus berjarak setidaknya 50 meter dari sumber air tanah yang digunakan untuk minum.
Kedua, lokasi penguburan harus berjarak setidaknya 500 meter dari pemukiman terdekat.
Ketiga, jenazah harus dikubur setidaknya pada kedalaman 1,5 meter, lalu ditutup dengan tanah setinggi satu meter.
Jika terdapat jenazah lain yang hendak dikubur, jenazah tersebut sebaiknya dikubur di area terpisah.
Keempat, bila keluarga ingin jenazah dikremasi, lokasi kremasi setidaknya harus berjarak 500 meter dari pemukiman terdekat.
Fachrul juga menganjurkan agar pelaksanaan shalat jenazah dilakukan di rumah sakit rujukan.
Jika tidak, shalat jenazah bisa dilakukan di masjid yang sudah dilakukan proses pemeriksaan sanitasi secara menyeluruh.
Shalat pun dilakukan tanpa menyentuh jenazah.
(Okki)
Artikel ini pernah tayang di grid.id dengan judul "Miris! Tanpa Didampingi Keluarga dan Dibungkus Plastik, Begini Suasana Pemakaman Pasien yang Meninggal karena Virus Corona"