Sosok.ID - Pertama kali diumumkan pada publik di 31 Desember 2019, virus corona baru atau Covid-19 kini telah menjadi pandemi global.
Pasalnya, sebanyak 159 negara di dunia mengonfirmasi adanya kasus virus corona.
Meskipun lebih dari 200.000 orang dinyatakan positif terinfeksi, namun virus ini memiliki tingkat kematian 3%.
Artinya, presentasi untuk sembuh dari virus corona jauh lebih tinggi.
Sejauh ini, sebanyak lebih dari 80.000 orang telah dinyatakan sembuh dari virus corona.
Adapun angka pasien positif Covid-19 di Indonesia kemarin (18/3/2020) mencapai 227 kasus dengan 19 kematian dan 11 pasien sembuh.
Jumlah tersebut mengejutkan masyarakat, apalagi Indonesia disebut sebagai negara dengan presentase kematian tertinggi di dunia.
Presentase Kematian Corona di Indonesia dikatakan telah mencapai 8,37 persen, melebihi Italia yang 8,34 persen.
Melihat presentase kematian seperti itu, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji Hadisoemarto MPH, merasa tidak terkejut.
Menurut dia, permasalahan utamanya adalah besar kemungkinan Indonesia mengalami under-diagnosis.
Bila lebih banyak kasus bergejala ringan ditemukan, tentu presentase kematian akan menurun.
"Jadi, ada kasus infeksi Covid-19 yang tidak terdeteksi atau terdiagnosis. Mungkin karena sakitnya ringan, mungkin karena RS atau dokternya belum aware kalau itu kemungkinan Covid-19, dan sebab lain," kata Panji saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/3/2020).
"Sebagian di antara yang tidak terdiagnosis ini juga mungkin meninggal," lanjutnya.
Oleh sebab itu, menjadi besar kemungkinan angka dipenyebut atau jumlah kasus terlalu kecil, sehingga presentase kematian dengan jumlah kasus menjadi tinggi angkanya.
"Jadi proporsi yang meninggal saya rasa enggak setinggi itu. Dengan kata lain, angka kematian tinggi mungkin bukan karena virusnya lebih ganas, tapi kitanya yang kurang "ganas" mencari orang-orang yang sakit Covid-19," ujarnya.
Panji pun menambahkan bahwa pada saat ini, kita tidak mengetahui secara pasti dan terperinci tentang hal-hal atau indikator yang berkaitan, dan tidak ada angka yang benar bisa diandalkan.
Prediksi ke depan Lantas, bagaimana prediksi tren angka kasus dan kematian mendatang di Indonesia?
Panji menuturkan bahwa tren ke depannya, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 akan meningkat, bahkan bisa jadi pesat jumlahnya.
Akan tetapi, perihal kematian, masih banyak faktor yang membuat angka prevalensi kematian akibat virus SARS-COV-2 ini terjadi.
Setidaknya Panji menyebutkan bahwa ada tiga hal yang bisa menjadi faktor kunci untuk menekan prevalensi kematian akibat Covid-19 ini.
Pertama, tergantung apakah kelompok yang punya risiko meninggal lebih tinggi akan banyak yang sakit, misalnya lansia.
"Kalau lansia banyak yang sakit, ya angka kematian bisa tinggi," kata dia.
Kedua, tergantung secepat apa pasien ditangani.
Hal ini juga tergantung secepat apa Indonesia bisa mendiagnosis pasien.
Semakin cepat terdiagnosis, maka kemungkinan kematian bisa dihindari semakin tinggi.
Ketiga, tergantung seberapa kewalahan sistem kesehatan Indonesia.
Sebagian pasien Covid-19 ini akan membutuhkan fasilitas khusus seperti ventilator dan perawatan di ruang ICU yang jumlahnya sangat terbatas.
Jika pasien dengan kebutuhan ini tidak mendapatkan fasilitas lengkap itu, maka kemungkinan kematian juga tentu meningkat.
(Ellyvon Pranita)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Presentase Kematian Corona Indonesia Tertinggi di Dunia, Ini Kata Ahli"