'Belanda Harusnya Tahu Diri', Keluarga Korban Pembantaian Westerling Meradang, Raja Willem Mohon Maaf pada Indonesia di Hadapan Jokowi

Rabu, 11 Maret 2020 | 13:15
Kompas.com/Fitria Chusna Farisa

Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti berkunjung ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (10/3/2020).

Sosok.ID - Sepekan sebelum Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti datang ke Indonesia, Abdul Halik putra Becce Beta, terbang ke Jakarta.

Pria berusia 82 tahun itu bergegas bertolak dari Bulukumba, Sulawesi Selatan untuk bertemu duta besar Belanda di Jakarta.

Halik tak terima dengan kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Tanah Air.

Sebagai keluarga korban pembantaian di masa lalu, ia datang untuk melakukan penolakan atas rencana kunjungan itu.

Melansir Kompas.com, Ayah Abdul Halik, Becce Beta merupakan korban pembantaian yang dieksekusi pasukan tentara pimpinan Raymond Westerling karena dianggap pro-kemerdekaan tahun 1947.

Baca Juga: 11 Maret 1966: Serta Merta Soeharto Buat Soekarno Murka Hingga Lempar Asbak, Apa Kebeneran Dibalik Lahirnya Supersemar?

Halik menolak kunjungan, terlebih saat ia mendengar Raja dan Ratu Belanda hendak berkunjung ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

"Pemerintah Belanda harusnya tahu diri, memikirkan apa yang pernah dilakukan oleh tentara itu atas perintah neneknya. Itu harus disadari," ujar Halik.

"Kami sebenarnya tidak setuju (mereka datang) sebelum Raja Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, melakukan permohonan maaf secara umum, dan menyelesaikan tuntutan kami." tambahnya.

Adapun Raja Willem dan Ratu Maxima tiba di Jakarta pada Senin (9/3).

Terhitung dari tanggal 9 sampai 13 Maret, keduanya akan berada di Indonesia.

Baca Juga: Kisah Soekarno Ditodong Pistol untuk Memaksanya Tandatangani Supersemar

1. Ziarah di TMP Kalibata

Mengenakan setelan jas hitam dan dasi warna merah, Raja Willem pada hari kedua, Selasa (10/3) didampingi oleh Ratu Maxima, melakukan ziarah ke TMP Kalibata, Jakarta Selatan.

Tiba di lokasi, Raja dan Ratu Belanda disambut jajaran pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Keduanya berjalan di karpet merah menuju tugu monumen TMP, disambut penghormatan dari Brigjen TNI Syafruddin yang kini menjabat sebagai Kasgertab 1 Jakarta.

Instrumen lagu "Gugur Bunga" dikumandangkan, hadirin melakukan prosesi hening cipta selama satu menit.

Raja dan Ratu Belanda kemudian meletakkan karangan bunga di depan tugu monumen TMP.

Baca Juga: 150 Tahun Terkurung di Negeri Orang, Jalan Panjang Pemulangan Keris Diponegoro, Dikembalikan Raja Belanda dalam Dekapan Presiden Joko Widodo

2. Permohonan Maaf Belanda

Usai melakukan kunjungan di TMP Kalinata, rombongan Raja Willem dan Ratu Maxima bertolak ke Istana Kepresidenan di Bogor, Jawa Barat.

Keduanya datang untuk bertemu Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi.

Hal yang menarik dalam kunjungan itu adalah, ketika Raja Willem-Alexander, di hadapan Presiden RI Joko Widodo, menyampaikan permohonan maaf atas nama Belanda.

Raja Willem memohon maaf atas kekerasan yang dilakukan Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam.

"Di tahun-tahun setelah diumumkannya proklamasi, terjadi sebuah perpecahan yang menyakitkan dan mengakibatkan banyak korban jiwa," kata Raja Willem.

Baca Juga: 11 Februari dalam Sejarah, Lepas dari Indonesia, Upaya Pembunuhan Presiden Timor Leste Ramos Horta dan PM Xanana Gusmao Libatkan 1000 Personil Polisi Hingga Tentara Australia dan PBB

Dikutip Sosok.ID, melansir Kompas.com, Rabu (11/3), sejarah mencatat adanya peristiwa kelam pasca-proklamasi yang dilakukan oleh Belanda pada Indonesia.

Pada 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947, Belanda melancarkan agresi militer di Jawa dan Sumatera.

Disusul Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 di Yogyakarta.

Belanda juga melakukan pembunuhan rakyat sipil di Sulawesi Selatan, menorehkan peristiwa berdarah pada periode Desember 1946 sampai Februari 1947 yang kemudian dikenal sebagai Pembantaian Westerling.

"Senada dengan pernyataan Pemerintah Belanda sebelumnya, saya ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas kekerasan yang berlebihan dari pihak Belanda di tahun-tahun tersebut," ucap Raja Willem.

Baca Juga: Ditawar Rp 750 Juta, Lempengan yang Diduga Emas Batangan Seberat 1 Kg Bergambar Soekarno Ternyata Cuma Kuningan

3. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia

Raja Willem dalam kesempatan tersebut juga menyatakan, Belanda telah mengakui kemerdekaan Indonesia secara politik dan moral sejak tahun 2005.

"Pemerintah Belanda telah mengakui secara politik maupun moral sejak 15 tahun lalu," ujar Raja Willem.

Ia juga memberikan ucapan selamat kepada Indonesia yang bakal merayakan hari kemerdekaan di 17 Agustus nanti.

"Kami mengucapkan selamat pada Indonesia yang merayakan 75 tahun kemerdekaan 17 Agustus nanti," tambahnya.

Raja Willem menyadari, bahwa sejarah masa lalu yang menorehkan luka bagi Indonesia, memang telah tercatat dan tak dapat dihapuskan.

Baca Juga: Tunjukkan Indonesia Bukan Negara Lemah, Hanya dengan Perkataannya Saja Soekarno Sanggup Buat Pemimpin Besar China Turuti Kemauannya

Namun, ia berharap kunjungan ke Indonesia mampu menumbuhkan rasa percaya, sebagai sebuah tanda bahwa negara yang pernah berlawanan dapat tumbuh bersama.

"Membentuk hubungan baru berdasarkan rasa saling menghormati, kepercayaan, dan persahabatan,"ucap Raja Willem.

Sementara itu, Pesiden Jokowi dalam pernyataannya menekankan komitmen untuk terus bekerjasama dengan Belanda.

"Saya ingin menyampaikan bahwa kita tentu tidak dapat menghapus sejarah, namun kita dapat belajar dari masa lalu," Kata Presiden Jokowi.

"Kita jadikan pelajaran tersebut untuk meneguhkan komitmen kita untuk membangun sebuah hubungan yang setara, yang saling menghormati, dan saling menguntungkan," tandasnya. (*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya