Sosok.id - Tampilan dan pekerjaan sehari-hari wanita ini memang tampak seperti pemulung pada umumnya.
Bahkan, mobilnya yang sudah usang dan tak enak dilihat juga dipenuhi dengan sampah.
Namun, siapa yang menyangka bahwa sesungguhnya ia adalah seorang miliarder.
Melansir dari Daily Mail, wanita 67 tahun bernama Lisa Silversmith atau yang juga dikenal sebagai Fiona Fiekowsky diketahui memiliki 4 properti di Kota New York yang bila ditotal bernilai 8 juta dolar AS (sekitar Rp 110 miliar).
Setiap hari, ia berkeliling kota New York sambil membawa keranjang sampah untuk mengumpulkan kaleng bekas minuman.
Di malam hari, ia akan menukarkan kaleng-kaleng bekas itu dengan uang, bila beruntung ia bisa mendapat 30 dolar (sekitar Rp 413 ribu) dalam sehari.
Diketahui, kedua orang tuanya adalah ekonom, bahkan suaminya menghasilkan 180.000 dolar (sekitar Rp 2,48 miliar) setiap tahunnya.
Dia memiliki seorang putri yang sudah kuliah.
Sementara keluarganya menganggap hobinya ini mengerikan, dia justru menganggap hobinya sebagai hal yang wajar.
"Saya seorang bohemian kuno. Bagi saya, yang menyedihkan adalah New York dulunya menerima orang-orang eksentrik.
Tetapi sekarang rasanya seperti, 'Surga yang terlarang!", katanya kepada The New York Post.
Apartemen tempat ia tinggal diketahui bernilai 2,19 juta dolar (sekitar Rp 40 miliar).
Sementara tiga propertinya yang lain berada di Harlem, salah satu di antaranya bernilai 4 juta dolar (sekitar Rp 55 miliar).
Namun, bukannya dijadikan tempat tinggal, hunian mewahnya itu justru dipenuhi dengan sampah-sampah hasil memulungnya.
Melansir dari laman media sosialnya, Lisa diketahui menempuh pendidikan SMA di Oregon kemudian melanjutkan studinya di University of Chicago.
Setelah lulus, ia bekerja sebentar untuk AT&T kemudian, sebagai pialang saham ia berhasil mendapatkan properti pertamanya di tahun 1979.
Yaitu apartemen satu kamar seharga 22.000 dolar (sekitar Rp 303 juta).
Terlepas dari latar belakang keluarga dan pendidikannya, Lisa mengaku telah menjalankan hobinya sejak 10 tahun yang lalu dan belum berhenti hingga kini.
Bukan untuk mencari uang yang tak ia butuhkan, ia melakoni hobinya itu agar dirinya tetap aktif dan membantu lingkungan.
"Keluargaku menganggap semua ini mengerikan, tapi aku pikir ini sangat menyenangkan.
Kegiatan ini membuat saya tetap aktif. Saya berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan tersebut. Saya kira saya akan menjadi seorang pemulung seterusnya. Terutama, karena ini adalah aktivitas fisik," katanya.
"Saya rasa saya juga menghasilkan sedikit uang di waktu yang bersamaan. Juga menjaga kebersihan lingkungan sekitar," ujarnya.
(*)