Sosok.ID - Kutukan, seringkali dikaitkan dengan hal-hal mistis yang tak jarang berseberangan dengan logika manusia.
Kebanyakan orang di zaman dahulu, percaya dengan adanya kekuatan kutukan.
Mereka berbondong-bondong menghindari segala sesuatu yang dianggap dapat membawa sial, dan mendekati benda-benda yang dipercaya dapat membawa berkah serta rejeki manusia.
Kutukan juga selalu dikaitkan dengan hal-hal serupa mantra, sihir, dan hal-hal supranatural yang seringkali tak masuk diakal.
Sedangkan di era modern saat ini, kebanyakan orang akan menganggap kutukan sebagai mitos dan dongeng belaka.
Namun berbeda dengan kisah keluarga yang satu ini.
Video ini menceritakan mengenai nasib buruk yang dialami oleh sebuah keluarga asal Pekalongan, Jawa Tengah.
Nasib buruk itu mengantarkan mereka untuk membuat keputusan yang tidak biasa.
Keluarga ini memutuskan untuk mengasingkan diri di hutan akibat peristiwa kelam yang pernah menimpa mereka.
Hidup dibayang-bayangi kutukan dan merasa ketakutan, keluarga asal Dukuh Sigintung, Desa Tuwareh, Kecamatan Paninggaran, Pekalongan ini memutuskan untuk hidup di hutan.
Mereka tinggal di hutan pinus yang jaraknya 12 kilometer dari pusat kecamatan Paninggaran.
Di hutan tempat mereka tinggal, juga masih terdapat beragam hewan liar yaitu babi hutan dank era.
Meskipun begitu, keluarga ini betah tinggal disana selama puluhan tahun.
Bahkan mereka sudah beranak pinak dan tetap memutuskan untuk tidak pindah dari lokasi tersebut.
Untung (77) sang kepala keluarga menjelaskan, almarhum ayah mertuanya sengaja pindah ke tengah hutan karena anaknya meninggal satu persatu.
“Mertua saya pindah ke sini sekitar tahun 1966." ungkapnya.
"Hingga kini saya bersama istri menetap karena lokasinya damai,” kata Untung kepada Tribunjateng.com, Rabu (10/7/2019).
Dia melanjutkan, ayah mertuanya meninggal pada 1980-an dikarenakan sakit yang tidak ia ketahui penyebabnya.
“Ayah dan ibu mertua saya meninggal karena sakit tapi saya tidak tahu mereka sakit apa,” paparnya.
Sang istri, Semi (75) menerangkan, ayah ibunya sengaja membawanya ke tengah hutan karena dihantui penyakit aneh.
Karena penyakit aneh ini, 8 orang kakak Semi, setiap tahunnya meninggal satu per satu.
Hanya tersisa dua orang anak termasuk dirinya.
Ayah Semi akhirnya memilih untuk tinggal di hutan demi menghindari kutukan menakutkan tersebut.
“Hingga ayah dan ibu saya meninggal , saya dan suami masih menetap."
"Kini kami punya dua anak serta tujuh cucu,” ujar Semi.
Adanya keluarga yang tinggal di tengah hutan pinus selama bertahun-tahun itu dibenarkan oleh Jedot.
Jedot pernah menjadi petugas Puskesmas Kecamatan Paninggaran.
Bertugas dari tahun 1984 hingga 1987, Jedot bahkan sangat akrab dengan keluarga Semi.
“Sewaktu bertugas, dulu saya menemukan keluarga yang tinggal di tengah hutan.
Hingga kini mereka masih bertahan,” kata Jedot saat mengantar Tribunjateng.com ke kediaman keluarga Semi.
Menurutnya, ayah Semi bernama Dakup, pernah menderita kusta.
Beberapa jarinya hingga terputus karena penyakit tersebut.
“Waktu itu sekitar tahun 1984 saya datang ke rumah milik ayah Semi. Dia selalu mengeluh akan penyakitnya."
"Selain terkena kusta, ayah Semi juga menceritakan bahwa keluarganya terkena kutukan.
Maka dari itu ia menetap di tengah hutan,” tutur Jedot.
Setelah melakukan kunjungan pertama ke rumah keluarga Semi, Jedot rutin berkunjung karena prihatin melihat kondisi keluarga tersebut.
“Saya rutin berkunjung setelah melihat kondisi keluarga tersebut.
Bahkan hingga Dakup meninggal saya masih berkunjung.
Kini kondisinya sudah lumayan baik karena air dan listrik sudah masuk walau lokasi tempat tinggalnya berada di tengah hutan.
Kini ada delapan rumah ABG dibangun di sekitar rumah Semi,” tambahnya.
Adapun dilansir dari Tribun Jateng, berikut video kisah keluarga Semi.
(Agnes)
Artikel ini pernah tayang di Wiken.id dengan judul "Anaknya Meninggal Satu Persatu dan Yakin karena Kutukan, Keluarga di Pekalongan Ini Akhirnya Hidup di Hutan, Ini Video Kisahnya"
(*)