Sosok.ID - Berbicara mengenai alutsista bawah air yakni kapal selam memang tak akan ada habisnya.
Pasalnya mesin perang satu ini memiliki efek deteren paling tinggi.
Tak pelak setiap negara ingin angkatan lautnya memiliki kapal selam karena ia merupakan senjata strategis yang tingkatkan kemampuan pertahanan secara drastis.
Beberapa waktu lalu Menhan Indonesia Prabowo Subianto mengunjungi Prancis dan menyatakan minat negara ini untuk membeli kapal selam Diesel-Elektrik Scorpene class.
Pantas Indonesia tertarik lantaran Scopene mampu melaksanakan peperangan aspek laut di segala medan sehingga menugaskannya dalam misi apapun kapal selam ini bakal tetap survive.
Berbeda dengan Scorpene yang masih sebatas minat, sebetulnya Indonesia sudah memproduksi sendiri kapal selam buatan dalam negeri dengan asistensi Korea Selatan (Korsel) yakni tiga buah Improved Chang Bogo class.
Ketiganya sudah jadi yakni KRI Nagapasa, KRI Ardadedali dan KRI Alugoro.
Masih belum puas, kedepannya Indonesia akan membuat tiga buah lagi kapal selam dengan bantuan Korsel namun belum ditentukan apa jenisnya.
Jauh sebelum gembar-gembor adanya Scorpene ini, Indonesia sudah menimang-nimang kapal selam dari Rusia yakni Kilo Class.
Kapal selam diesel elektrik ini diklaim sebagai yang paling senyap di dunia karena tingkat kebisingannya sangat rendah.
Mengutip naval-technology.com, Kilo Class atau yang dikenal di Rusia yakni Project 877 dibuat pada tahun 1980.
Kapal Selam Kilo Class
Ia dibangun di Biro Desain Maritim Pusat Rubin, St Petersburg.
Karena tuntutan jaman, Kilo Class lantas mengalami pembaruan sistem, peningkatan kemampuan tempur dan tentunya daya tahan saat di medan operasi.
Maka Rusia langsung mencanangkan Project 636 atau yang dikenal dengan Improved Kilo Class.
Kemampuan Improved Kilo Class tak main-main.
Ia mampu menyelam sedalam 300 m dibawah permukaan laut.
Serta dapat bertahan selama 45 hari mengarungi lautan sebelum harus melakukan bekal ulang.
Yang paling sangar walau kapal ini bertenaga diesel, ia mampu meluncurkan rudal jarak jauh yang bisa menyerang sasaran di darat yakni 3M-54 Kalibr yang merupakan keluarga rudal mengerikan Rusia dengan julukan Klub-S.
Kalibr dapat menghantam sasaran sejauh 275 km setelah ia diluncurkan walau kapal masih dalam keadaan menyelam.
Selain itu Improved Kilo Class juga mampu menembakan rudal anti kapal berbagai jenis yang diproduksi Rusia.
Kapal selam Rusia Severodvinsk saat luncurkan misil Kalibr
Pantas saja Indonesia kesengsem dengan Improved Kilo class yang mempunyai segudang kemampuan mumpuni walau hanya kapal selam diesel-elektrik.
Bahkan pada saat Menteri Pertahanan Indonesia dijabat Purnomo Yusgiantoro, rencana pembelian Kilo Class hampir sudah final.
Baca Juga: Tak Perlu Beli Scoprene, Gegara Ulah Kapal Selam Indonesia Angkatan Laut Prancis Pernah Dibuat Geram
Kabar yang berhembus saat itu Purnomo membeli kapal selam ini untuk hadapi ancaman dari Australia.
Namun ia membantah kabar tersebut.
"Saya tidak pernah mengatakan ancaman dari selatan dalam buku putih. Dalam rencana itu, dalam konteks regional yang diprioritaskan, itu di perbatasan," katanya kepada wartawan saat jumpa pers di kantor Kementerian Pertahanan, Medan Merdeka, Jakarta, Jumat (6/12/2013) silam seperti dikutip dari Kompas.com.
Mantan Menhan Indonesia Purnomo Yusgiantoro
Kapal selam ini nantinya akan ditempatkan di lima checkpoint, yaitu Selat Sunda, Selat Lombok, dan tiga checkpoint di wilayah timur perairan Indonesia.
Purnomo mengatakan kapal selam jenis Kilo Class yang dibeli dari Rusia adalah kapal selam bekas yang akan dimodernisasi, termasuk dilengkapi peluru kendali jarak jauh.
Namun, ia mengatakan kapal selam itu masih dioperasionalkan oleh AL Rusia.
"Di dalam military base-nya, mereka punya ratusan kapal selam yang masih digunakan," kata Purnomo.
Bahkan KSAL TNI AL Laksamana Marsetio saat itu sudah mengirim tim ke AL Rusia untuk mengecek kesiapaan Kilo Class.
"Kemampuannya yang memiliki peluru kendali yang bisa ditembakkan dari bawah permukaan (laut) dengan jarak jauh. Itu yang kita enggak punya," kata Marsetio saat itu.
Seiring berjalannya waktu pengadaan ini menguap dan buram, entah direalisasikan atau tidak. (Seto Aji/Sosok.ID)