Tolong Wanita Buta yang Hidup Sebatang Kara di Sebuah Rumah Tak Terurus, Mantan Napi yang Keluar Masuk Penjara Ini Mantap Bertobat dan Jalani Hidup Lebih Baik Hingga dapat Hadiah Umroh Gratis

Senin, 27 Januari 2020 | 08:00
KOMPAS.com/DIAN ADE PERMANA

Ardian Kurniawan Santoso, relawan MRI-ACT yang memotong rambut gembel Sukiyah

Sosok.id - Sejahat apa pun seseorang pasti masih memiliki kebaikan di dalam hatinya.

Sebab, tak ada orang yang sepenuhnya jahat, begitu pula sebaliknya, tak ada pula orang yang sepenuhnya baik.

Seseorang yang dahulu jahat sangat mungkin untuk menjadi baik bila dalam dirinya ada kemauan besar untuk berubah.

Ardian Kurniawan Santoso tak menyangka niatnya menolong Sukiyah, warga Dusun Karangombo, Desa Polobogo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang menjadi viral.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Raul Lemos Tiba-tiba Ngamuk Sambil Sebut Soal Janji dan Kebohongan, Suami Krisdayanti : Jangan Membiasakan Diri Menolak Lupa

Sukiyah, perempuan berusia 50 tahun tersebut memiliki rambut gembel sepanjang kurang lebih dua meter hingga menjadi sarang tikus dan ulat.

Sukiyah yang berteman dengan gelap, ditolong oleh Ardian. Ardian merawat dan memotong rambut Sukiyah.

Ardian menceritakan, Sukiyah hidup seorang diri dalam keadaan buta dan rumah yang gelap karena aliran listrik dirusaknya.

Ardian adalah orang pertama yang berkomunikasi dengan Sukiyah setelah beberapa tahun.

Baca Juga: Menhan Malaysia Harusnya Malu Sebut Pesawat Indonesia Lambat, Padahal Negerinya Sendiri Hanya Bisa Buat Senapan Buruk Rupa dan Jadi Bahan Olok-olokan Dunia

Sukiyah dikenal tetangganya gampang mengamuk.

Bahkan, setahun lalu saat akan dimandikan oleh enam orang, dia mengamuk dan menggigit orang yang memegangnya.

Sukiyah selama hampir 27 tahun hanya berada di rumah dengan kondisi duduk dan rambutnya tak pernah dipotong.

"Mungkin memang menjadi relawan sudah menjadi jalan hidup saya setelah mengalami masa kelam," kata Ardian di Sekretariat MRI Salatiga dan Kabupaten Semarang, di Jalan Merak, Klaseman, Kelurahan Mangunsari, Salatiga, Sabtu (25/1/2020).

Baca Juga: Selama Ini Dipendam Sendirian, Ahok Akhirnya Ungkapkan 2 Kekecewaannya pada Veronica Tan : Sampai Sekarang Saya Nggak Mau Kontakan

Ardian menceritakan awal mula menjadi seorang relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Ardian mengakui dia memiliki masa lalu yang tak baik. Dia harus mendekam di penjara sebanyak dua kali.

Pertama, tahun 2014 dia dipenjara di Jember, Jawa Timur karena mencuri truk berisi beras.

"Saat itu yang diambil sebanyak 8 ton beras. Saya dipenjara selama dua tahun," ujarnya.

Baca Juga: Ngaku ke Orang Tua Cuma Mau Pinjam untuk Memijatnya, Pria Ini Malah Gondol dan Sembunyikan Anak SD, Selang 4 Tahun Kemudian sang Gadis Ditemukan Warga Sudah Hamil 9 Bulan

Selain dijual dan digunakan sendiri, beras hasil curian itu dibagikannya untuk orang-orang yang membutuhkan.

Setelah bebas dari penjara di Jember, dia tidak bertobat. Ardian beraksi di berbagai toko retail di wilayah Salatiga dan Boyolali.

"Saya juga tertangkap dan dipenjara lagi," ungkapnya. Dalam masa tahanan yang kedua ini, Ardian mulai mencari jalan tobat.

"Saya teringat anak-anak yang masih kecil. Tidak mungkin jika saya terus seperti ini, keluar masuk penjara.

Baca Juga: Sebelum Punya Ilmu Menyembuhkan Orang Seperti Saat Ini, Rupanya Begini Masa Lalu Ningsih Tinampi

Anak saya pasti malu, saya ingin anak saya bangga, saya ingin menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat," paparnya.

Namun dia gamang. Ardian menilai jika ingin membantu orang lain harus kaya dan memiliki uang berlebih.

Padahal yang dia miliki hanya tenaga. Saat itulah Ardian mulai berpikir untuk menjadi relawan.

Tahun 2017, dia mulai bergabung ke Masyarakat Relawan Indonesia-Aksi Cepat Tanggap (MRI-ACT).

Baca Juga: Dari Jack Ma Hingga Bill Gates, Petinggi Sunda Empire Bakal Ajak Kerja Sama Milyarder Dunia untuk Kendalikan Nuklir : Ini Bukan Khayalan!

Di MRI, Ardian bertugas sebagai koordinator wilayah Salatiga dan Kabupaten Semarang. Sementara di ACT, Ardian adalah driver food truck humanity yang biasa membuat dapur umum di daerah bencana.

Selama menjadi relawan, Ardian pernah betugas di Palu, Riau, Jambi, Dumai, dan Padang.

Namun Ardian mengakui, pengalaman bertemu Sukiyah adalah yang paling menggetarkan hatinya.

"Bagaimana bisa kita membiarkan seorang manusia dalam keadaan seperti itu. Kita semua harus memanusiakan manusia apapun keadaannya," ucap Ardian.

Baca Juga: Suasana Mencekam Sebuah Rumah Sakit di Wuhan Terekam Kamera, Mayat Diduga Korban Virus Corona Tergeletak di Lorong Berbaur dengan Pasien yang Menjerit Kesakitan

Memprihatinkan Kondisi Sukiyah menurutnya sangat memprihatikan.

Selain karena keterbatasannya dan menutup diri, Sukiyah juga dirasakannya sangat 'unik.'

Namun, dia juga bahagia karena saat ini Sukiyah sudah berangsur membaik meski belum pulih sepenuhnya.

Karena pengabdiannya di dunia kerelawanan, Ardian pun mendapat hadiah yang tak disangkanya.

Baca Juga: Sedang Tangani Pasien Wabah Penyakit, Seorang Dokter Terjangkit Virus Corona Hingga Tersungkur Dan Meninggal, Presiden China Bereaksi, Ini Videonya!

Ardian dijadwalkan berangkat umroh ke tanah suci pada 22 Februari 2020.

"Sebetulnya saya ingin ibu yang berangkat umroh, tapi ternyata tidak boleh, harus saya selaku yang mendapat hadiah yang berangkat.

Semoga saya punya kesempatan lain untuk memberangkatkan ibu berangkat umroh," kata Ardian.(Dian Ade Permana)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sosok Ardian, Relawan Penolong Sukiyah dari Rambut 2 Meter Sarang Tikus: Mantan Residivis Keluar Masuk Penjara"

Tag

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber Kompas.com