Sosok.id - Pria ini sudah panik mengira anaknya menderita penyakit parah lantaran demamnya tak kunjung turun.
Padahal anaknya sudah dirawat di rumah sakit selama 20 hari.
Namun, ada sebuah kesalahan yang membuat lega sekaligus jengkel.
Melansir dari Asia One, seorang bocah 3 tahun telah dirawat di Rumah Sakit Rehabilitasi Mingzhou Zhejiang, China karena demam.
Ia dirawat sejak 8 Desember 2019 lalu.
Namun, pada 27 Desember 2019, ayahnya yang bernama Jiang menyadari ada yang tidak beres dengan termometer yang digunakan oleh rumah sakit tersebut.
Diketahui, anak Jiang didiagnosis mengalami infeksi bakteri di paru-parunya.
Setelah bolak-balik antar-rumah sakit selama berbulan-bulan, kondisinya akhirnya membaik.
Usai ia dipindahkan ke rumah sakit di Zhejiang pada 5 Desember 2019.
Namun, tiga hari kemudian, keluarganya diberitahu bahwa bocah itu mengalami demam.
Kabar ini tentunya sangat mengkhawatirkan karena sebelumnya dokter mengakatakan bahwa demam dapat berakibat fatal bagi bocah itu.
Tapi Jiang kemudian merasa ada kejanggalan.
Sebab, termometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh anaknya tak pernah turun.
Walaupun anaknya itu telah dirawat selama 20 hari dan hasil CT scan serta tes darah menunjukkan semuanya dalam keadaan normal.
Bahkan, anaknya itu juga nampak selalu bersemangat meskipun ia disebut mengalami demam tinggi.
Ditambah pula, tak ada perawatan atau resep obat yang diberikan tak memberikan efek untuk menurunkan demam anaknya.
"Seolah-olah suntikan yang diberikan padanya masuk ke tubuh orang lain. Itu sama sekali tidak membantu," ujar Jiang pada wartawan dari Hotline Xiao Qiang.
Dia juga memperhatikan bahwa suhu tinggi hanya tercatat di termometer yang digunakan untuk mengukur suhu putranya.
Sekadar informasi. setiap pasien yang di rawat di Rumah Sakit Rehabilitasi Mingzhou Zhejiang akan diberi termoter sendiri.
"Perawat sesekali akan menggunakan termometer diigital di dahi atau telinganya ketika sedang memeriksanya. Hasilnya normal sampai sedikit lebih tinggi dari 37 derajat Celcius," ujar Jiang.
Namun, menurutnya, para perawat tidak tampak khawatir dengan ketidakkonsistenan hal tersebut.
Mereka bahkan terus melaporkan bahwa suhu badan putranya seperti yang nampak pada termometer tersebut.
Hingga akhirnya, pada 27 Desember 2019, Jiang meminta perawat untuk mengukur suhu badan putranya dengan termometer baru.
Kemudian, setelah dibandingkan, terlihat bahwa hasilnya berbeda.
Termometer yang selama 20 hari digunakan putranya menunjukkan angka 39,3 derajat Celcius, sementara termometer yang baru menunjukkan angka 37,8 derajat Celcius.
Suhu badan untuk dapat dikatakan demam, menurut MedicineNet, adalah di atas 38 derajat Celcius.
Kemudian, Jiang kembali menunjukkan perbedaan anga sekitar 1,1 derajat Celcius itu kepada kepala departemen rumah sakit.
Bukan hanya khawatir akan kondisi putranya, ia bahkan harus membayar tagihan rumah sakit sekitar 50.000 Yuan (Rp 99 juta).
Adapun, biaya itu untuk membayar suntikan dan obat-obatan yang sama sekali tak dibutuhkan oleh putranya.
Rumah sakit awalnya membantah tuduhan yang dilayangkan Jiang.
Menurut WebMD, mengukur suhu di ketiak mungkin berbeda satu derajat lebih rendah dibanding mengukur dari mulut.
Hasil itu juga akan berbeda bila mengukur di bagian tubuh lainnya.
Departemen kesehatan kemudian turun tangan untuk menangani masalah ini.
Investigasi awal membantah klaim rumah sakit dan menunjukkan bahwa termometer yang dimaksud memang tidak akurat, ujar juru bicara departemen kesehehatan pada BJ news pada 8 Januari 2020.
Rumah sakit tengah mendiskusikan kompensasi dengan keluarga bocah itu, tambah mereka.
Sementara itu, si bocah sendiri kini telah sehat dan sembuh dari infeksi paru-paru yang dideritanya.(*)