Sosok.ID- Gara-gara onderdil motor selundupan, perusahaan penerbangan Garuda Indonesia tengah jadi sorotan habis-habisan.
Bagaimana tidak, Menteri BUMN, Erick Thohir baru saja mencopot jabatan Dirut Garuda Indonesia terkait kasus penyelundupan sejumlah onderdil motor Harley Davidson dan sepeda Brompton.
Kasus penyelundupan onderdil motor Harley Davidson dan sepeda Brompton yang dilakukan oleh Dirut Garuda Indonesia ini membuat sejumlah pihak angkat bicara, termasuk mantan Sesmen BUMN, Said Didu.
Ya, melansir Kompas.com dan Tribunnews, belum lama ini pihak Bea Cukai baru saja menemukan sejumlah onderdil motor Harley Davidson dan sepeda Brompton ilegal di dalam pengiriman pesawat baru Garuda Indonesia.
Petugas menemukan barang-barang tersebut saat melakukan pengecekan di hangar pesawat milik PT GMF di kawasan Bandara Soekarno Hatta, Minggu (17/11/2019).
Petugas menemukan 18 boks warna coklat yang berisi onderdil motor mewah tersebut dengan claim tag sebagai bagasi penumpang dalam pesawat Garuda GA 9721 Tipe Air Bus A300-900atas nama karyawan Garuda Indonesia inisial SAS.
Diketahui, pesawat tersebut merupakan pesawat baru yang didatangkan Garuda dan terbang perdana dari Perancis ke Bandara Soekarno-Hatta.
Melansir Kompas.com, usut punya usut, keberadaan sejumlah barang tersebut adalah ulah Direktur Utama Garuda, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Ashkara.
Dirut Garuda yang telah menjabat selama dua tahun ini diketahui telah melakukan intruksi untuk mencari motor Harley Davidson klasik sejak tahun 2018.
Ari Ashkara juga terbukti telah melakukan transfer dana ke rekening pribadi finance manager Garuda Indonesia yang berinisial IJ di Amsterdam, Belanda.
Melansir Tribunnews, atas penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton itu, Sri Mulyani memperkirakan kerugian negara bisa capai Rp 500 juta hingga Rp 1,5 miliar.
"Berdasarkan penelusuran kami dan melihar harga di pasar, perkiraan nilai motor Harley Davinsion tersebut mungkin sampai dengan Rp 800 juta per unitnya.
Sedangkan nilai dari sepeda Brompton berkisar Rp 50-60 juta per unitnya, mungkin ada yang bilang lebih," terang Sri Mulyani.
Kalau yang bersangkutan tidak melakukan deklarasi maka dengan demikian total kerugian negara potensi atau yang terjadi adalah Rp 532 juta hingga Rp 1,5 miliar.
Dikutip Sosok.ID dari Kompas.com, atas kejadian ini, menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan bakal memberhentikan Dirut Garuda, Ari Ashkara atas kesalahan yang ia lakukan.
Menurutnya, ini adalah bentuk kesalahan yang tak bisa lagi ditolerir karena pada akhirnya ini menjadi kasus yang menyeluruh di BUMN dan bukan masalah individu.
Baca Juga: Remaja Mati Kaku Sembari Memegangi Ponsel, Terungkap Ini Penyebabnya
"Dengan itu, saya akan memberhentikan Saudara Direktur Utama Garuda dan tentu proses ini kami, karena Garuda adalah perusahaan publik, akan ada prosedur lainnya.
Ini menyedihkan. Ini proses menyeluruh di BUMN bukan individu, tapi menyeluruh," ungkap Erick Thohir.
Melansir Kontan.co.id via Tribunnews, Dirut Garuda Indonesia, Ari Ashkara rupanya bukan sosok wajah baru di dunia penerbangan Tanah Air.
Jauh sebelum di Garuda Indonesia, Ari Askhara tercatat pernah menjabata sebagai Dirut Pelindo III sejak 4 Mei 2017.
Baca Juga: Sakit Hati Karena Diputus Cinta, Wanita Ini Cincang Pacarnya untuk Dimasak Menjadi Nasi Goreng
Kemudian sebelum menduduki posisinya saat ini, Ari Askhara pernah menjadi Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko PT Garuda Indonesia TBK.
Sejak adanya RUPSLB Garuda pada September 2018 silam, Ari Askhara kemudian diangkat sebagai Dirut Garuda Indonesia selama satu tahun lebih.
Melansir Kontan.co.id via Tribunnews, selama masa kepemimpinan Ari Askhara, Garuda Indonesia diketahui memiliki sejumlah kasus yang cukup ramai diperbincangkan.
Seperti masalah dugaan duopoli Garuda Indonesia dengan Lion Air dalam kasus rangkap jabatan direktur.
Atau masalah Garuda Indonesia yang diduga dan dituding melakukan monopoli umroh hingga laporan keuangan Garuda yang merugi hingga miliaran Rupiah.
Masa kepemimpinan Ari Askhara yang ramai diberitakan memiliki masalah kanan-kiri, rupanya juga sempat disinggung oleh mantan sesmen BUMN, Said Didu.
Ya, dilansir Sosok.ID dari akun Twitter pribadinya, @msaid_didu, mantan sesmen BUMN itu angkat bicara soal pemecatan Ari Askhara pada Kamis (5/12/2019).
Dalam cuitannya itu, Said Didu menbahas soal siapa sebenarnya sosok Dirut Garuda yang kini tengah jadi topik pembicaraan publik.
Said Didu juga membicarakan bagaimana integritas dari bos Garuda yang baru dicopot dari jabatannya itu.
Mantan sesmen BUMN, Said Didu menuliskan bahwa sebelum jadi Dirut Garuda, sosok yang dibicarakan itu sudah 3 kali bolak-balik pindah jabatan dalam kurun 4 tahun.
Tiga kali bolak-balik pindah jabatan, sosok yang kini jadi Dirut Garuda itu lalu naik kelas jadi direksi BUMN.
Seolah menyindir integritas Dirut Garuda yang tak konsisten, Said Didu menyebut bila orang seperti itu adalah orang-orang titipan para penguasa.
Masih belum diketahui siapa Dirut Garuda yang maksud Said Didu dengan orang titipan penguasa, namun cuitan mantan sesmen BUMN itu viral dan telah disukai lebih dari 1,7 ribu pengguna Twitter.
Sebelumnya, Said Didu berpendapat bahwa dalam penentuan orang di jajaran direksi maupun komisaris di BUMN harus adanya langkah untuk 'menutup seerat-eratnya jendela dan pintu intervensi non korporasi'.
Hal tersebut ia sampaikan langsung kepada Menteri BUMN, Erick Thohir saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa, Rabu (4/12/2019).
"Memilih orang yang terbaik, dan abaikan suara-suara yang tak penting," tegas Said Didu.
Said Didu mengandaikan, jika jendela telah dibuka untuk memasukkan orang yang tidak mempunyai kompetensi yang jelas, tidak seperti dengan kriteria, maka sebentar lagi air bah akan datang.
"Sekali jendela dibuka, untuk memasukkan orang yang tidak kompeten, tidak seperti kriteria, maka air bah akan datang dan mengisinya," pungkas Said Didu.
(*)