Sosok.id - Terbangun setelah mengalami koma selama 10 tahun, Martin Pistorius mengungkapkan fakta mengejutkan.
Martin mengalami kondisi langka sejak kecil yang membuatnya seperti seseorang yang sedang koma.
Suatu hari, sepulang dari sekolah, Martin tak bisa menggerakkan kaki dan beberapa anggota tubuhnya.
Lama kelamaan, ia tidak bisa menggerakkan seluruh bagian tubuhnya.
Ia menjadi lumpuh dan kondisinya seperti orang koma yang tidak bisa merespon apa-apa.
Nama penyakit langka tersebut tidak diungkapkan oleh NBC, namun kondisi tersebut membuat ia menjadi seperti "laki-laki hantu".
Martin bisa melihat dan mendengar suara di sekitarnya.
Namun ia sama sekali tidak bisa merespon dan berinteraksi dengan orang lain.
Perawat dan dokter berpikir Martin sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi.
Mereka menganggap Martin tidak bisa melihat, mendengar, atau merasakan apapun.
Karena itu, beberapa petugas rumah sakit tidak memperlakukan Martin dengan baik, bahkan mereka melakukan kekerasan padanya.
Petugas kesehatan sebenarnya berhati baik dan mereka melakukan perawatan sesuai prosedur.
Namun, ada pula yang melakukan kekerasan fisik, verbal, bahkan seksual padanya.
Setelah 10 tahun lamanya, seorang perawat menyadari Martin cukup responsif ketika ia mengedipkan matanya.
Martin tidaklah koma, ia sebenarnya sadar dan bisa merasakan keadaan sekitar.
Hanya saja, Martin tidak bisa merespon dengan gerakan bahkan kata-kata sekalipun.
Menyadari hal itu, pelatihan rekonstruktif dilakukan dan Martin perlahan-lahan bangun dari keadaan "tidur"-nya.
Ketika bangun dan perlahan-lahan kondisinya membaik, Martin menceritakan pengalamannya selama dirawat.
Hal yang mengejutkan adalah ketika Martin menceritakan apa yang ia alami.
Selain mengalami kekerasan fisik, verbal, dan seksual dari petugas kesehatan, ia juga mendengar kata-kata mengejutkan dari ibu kandungnya sendiri.
Baca Juga: Kaget Saat Hadapi Anaknya Berubah Bentuk, Seorang Wanita Lakukan Hal ini Pada Pengasuh Anaknya
"Aku harap kamu mati saja", kata-kata itulah yang diucapkan ibu Martin ketika ia sedang berbaring tak bisa bergerak di rumah sakit.
Tentu saja, ibu Martin tidak bermaksud mengatakan hal itu.
Sang ibu hanya sempat putus asa melihat kondisi anaknya.
Ia pun menyesali perkataannya tersebut.
Martin mengetahui ibunya sangatlah sedih.
Ia memaklumi keadaan ibunya.
Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Meskipun Martin bisa mendengar, ia tidak bisa bergerak apalagi menjawab pernyataan sang ibu.
Martin berusaha keras untuk menggerakkan tubuhnya, mengeluarkan suara untuk dapat berkomunikasi, namun tidak bisa.
Sampai akhirnya ada perawat yang menyadari bahwa Martin tidaklah koma, ia hanya tidak bisa merespon.
Jauh di dalam tubuhnya, Martin berusaha keras menggerakkan tubuhnya agar bisa berinteraksi.
Saat itu, Martin berkomunikasi dengan menggunakan laptop.
Meskipun ia belum bisa berjalan dan tidak bisa bersuara, Martin telah menemukan pasangan jiwanya 6 tahun lalu.
Kisah menyentuh hati ini terjadi 2016 lalu tapi masih jadi obrolan dan pengalaman berharga dunia kesehatan dalam merawat pasien koma menahun.
Bahkan, kisah hidup Martin diangkat menjadi buku yang berjudul Ghost Boy.
(Tribun Style/Agung Budi Santoso)