Sosok.ID - Muhammad Askal Fikri menjadi terkenal setelah video rekaman saat ia ramalkan Prabowo jadi menteri di Kabinetnya Jokowi.
Pemuda asal Kuripan Lor Gang 23, Kelurahan Kuripan Yosorejo, Kecamatan Pekalongan Selatan ini adalah remaja yang pernah berkomunikasi langsung dengan Jokowi pada saat menyambangi pesantren dimana ia menuntut ilmu.
Saat itu ya mendapat pertanyaan dari Jokowi mengenai nama-nama menteri, hingga membuat orang yang berada di acara tersebut termasuk Jokowi tertawa atas jawaban pemuda ini.
Muhammad Askal Fikri kerap tertawa melihat rekaman video itu saat ini.
Ia mengaku masih ingat peristiwa tersebut secara detail, khususnya momen ketika diberi pertanyaan untuk menyebutkan tiga nama menteri.
Muhammad Askal Fikri menjawab pertanyaan Jokowi mengenai tiga nama yakni Megawati, Ahok dan Prabowo Subianto.
Dilansir dari TribunJateng.com, jawaban tersebut murni dari dirinya tanpa dibuat-buat.
Ia mengaku bahwa saat itu merasa grogi dekat dengan Presiden Republik Indonesia.
Mengenai jawaban yang ia lontarkan menjadi sebuah ramalan tersebut, Fikri mengatakan bahwa ia terus terang tidak tahu nama menteri.
Sebab selama menimba ilmu agama di dalam pondok pesantren ia sama sekali tak pernah menonton televisi.
Hingga hal tersebut membuatnya kurang informasi dari dunia luar saat itu.
"Saya hanya spontan menjawab karena grogi. Aslinya saya tak tahu jabatan mereka karena waktu itu di pondok, saya tak pernah menonton televisi," ucap Muhammad Askal Fikri, dikutip dari TribunJateng.com.
Saat itu ia maju untuk bertemu dengan Jokowi hanya dengan modal nekat.
Fikri menegaskan baginya yang terpenting kala itu adalah berani maju karena teman-teman santrinya tak ada yang berani untuk maju.
"Bagi saya yang terpenting berani dulu untuk maju karena banyak santri tak berani maju saat Presiden meminta sejumlah santri untuk menjawab pertanyaan," tegas Muhammad Askal Fikri, dilansir dari TribunJateng.com.
Saat itu iya telah mengetahui informasi mengenai Jokowi yang sering bagi-bagi sepeda saat berkunjung di suatu daerah.
Hal itulah yang sedikit banyak mempengaruhi Fikri untuk berani maju menjawab pertanyaan dari Jokowi.
Muhammad Askal Fikri mengaku saat itu keberaniannya timbul karena ingin mendapatkan sepeda.
Saat itu, ia berniat memberikan sepeda untuk sang ayah yang bekerja.
"Ayah saya tak punya kendaraan saat itu," beber Muhammad Askal Fikri, dikutip dari TribunJateng.com.
Ternyata dibalik senyum ceria yang terkadang membuat orang di sekitarnya juga ikut tertawa tersebut memiliki kisah hidup yang luar biasa.
Ia menyimpan duka sekaligus rindu oleh sosok seorang ibu seperti layaknya anak-anak yang lain.
Muhammad Askal Fikri tak pernah bertemu ibunda sejak kecil.
Sejak ia masih kecil, Fikri ditampung oleh neneknya dan dibiayai kehidupannya.
Alasannya karena sang ayah yang hanya seorang buruh dan belum tentu mendapat penghasilan yang cukup tiap harinya.
Bahkan, akibat kondisi perekonomian keluarganya kini Muhammad Askal Fikri tak lagi menuntut ilmu di Ponpes Tegalrejo Magelang.
Muhammad Askal Fikri rela keluar dari Ponpes untuk mengais rezeki untuk keluarganya.
Ia saat ini bekerja di tempat pembuatan kain tenun.
Selain itu, sepeda yang diberikan Jokowi dua tahun lalu juga telah digadainya ke saudara untuk mencukupi kebutuhan.
Nenek Muhammad Askal Fikri, Timbul Jaya menuturkan, seak kecil hingga cucunya menuntut ilmu di Ponpes, sosoknya lah yang mencukupi kebutuhan.
"Fikri sudah ditinggal ibunya sejak kecil, sebenarnya ia rindu dengan sosok ibu," ungkap Timbul Jaya, dikutip dari TribunJateng.com.
Ternyata ayah dan ibunya berpisah sejak Fikri masih kanak-kanak dan ia ikut dengan sang ayah.
Ali Murdi memaparkan keputusan anaknya tak lanjut menimba ilmu di Ponpes setahun lalu.
Ibunya adalah warga asli Pekalongan.
"Ibunya itu warga Kota Pekalongan, namanya Eni Robiyanti. Meski Fikri terlihat tegar, ia sebenarnya ingin sekali bertemu ibunda," ungkap Timbul Jaya, dilansir dari TribunJateng.com.
Keluarnya Fikri dari pondok pesantren karena tak kuat tanggung biaya sekolah disana.
Sebab kondisi perekonomian keluarga Fikri kala itu tak cukup untuk menutupi kehidupan Fikri di pondok pesantren.
"Ia memutuskan keluar dari Ponpes dan bekerja karena melihat kondisi perekonomian keluarga," jelas Ali Murdi yang dilansir dari TribunJateng.com.
Lebih lanjut, ayah Fikri mengaku bahwa putranya merupakan sosok anak baik dan bertanggungjawab, bahkan tak jarang berbagi ilmu kepada teman.
"Ia mengajar ngaji teman-temannya di rumah saat sore hari, anak baik dan bertanggungjawab," beber Ali Murdi, dikutip dari TribunJateng.com. (*)